Jatim Penyumbang Utama Penderita Kusta di Indonesia

Jatim Penyumbang Utama Penderita Kusta di Indonesia

Surabaya, Memorandum.co.id - Situasi Kusta di dunia, Indonesia menduduki rangking ke-3 dunia setelah India dan Brazil. Jawa Timur merupakan penyumbang utama penderita Kusta di Indonesia, dimana dalam 10 tahun terakhir sekitar 24% penderita Kusta berasal dari Jawa Timur merupakan satu-satunya Provinsi di Pulau Jawa dan Bali yang belum eliminasi Kusta. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim Herlin Ferliana mengatakan, situasi Kusta di Jawa Timur ditemukan sebanyak 2.668 penderita kusta baru. Sedangkan penderita yang masih berobat sampai saat ini sebanyak 3.351 orang atau prevalensi kusta di Jawa Timur 0,84 per 10.000 penduduk. "Tapi prevalensi Kusta di Jawa Timur terjadi penurunan, dimana pada tahun 2018 prevalensinya 0,92 turun menjadi 0,84 per 10.000 penduduk di tahun 2019," kata Herlin kepada Memorandum, Kamis (23/1/2020). Herlin menjelaskan, penyebaran penderita Kusta terutama di pantai utara Pulau Jawa dan Madura pada tahun 2019. Daerah yang belum eliminasi Kusta diantaranya, Sampang, Pamekasan, Sumenep, Bangkalan, Lumajang, Situbondo, Tuban, Probolinggo, Jember. "Lebih dominan penderita laki-laki 61% lebih banyak dari pada wanita 39%. Penderita Kusta lebih meningkat pada usia anak 15 tahun sebanyak 194 orang," terangnya. Upaya pengendalian Kusta di Jawa Timur. Herlin mengaku, selain meningkatkan sosialisasi pencegahan Kusta, juga peningkatan kapasitas melalui kegiatan pelatihan dan bimtek dengan on the job training. "Penemuan aktif dan sedini mungkin dengan melibatkan keluarga dan kader kesehatan di 12 kabupaten. Pengobatan adekuat dengan multi drugs therapy (MDT) dan secara gratis disediakan di puskesmas kab/kota Jawa Timur," ucapnya. Rencana tindak lanjut menekan angka penderita Kusta, lanjutnya, mendorong kab/kota untuk mengalokasi dana untuk kegiatan peningkatan kapasitas terutama bagi petugas kusta di puskesmas yang belum dilatih, memperluas cakupan kab/kota dalam upaya penemuan kasus baru secara aktif dengan melibatkan keluarga dan kader kesehatan di desa. “Tentunya di daerah endemis, kita melakukan langkah kongkrit.Kita berupaya untuk mencari orang-orang kemungkinan tertular kusta sedini mungkin. Jika ada tanda bercak putih disertai mati rasa pada kulit kepada keluarga maupun masyarakat. Maka cepatlah datang ke puskesmas terdekat untuk bisa di deteksi secara dini,” ujarnya. Lebih jauh, menurutnya penyakit kusta itu sama dengan penyakit yang lain yang bisa diobati dan disembuhkan, bukan penyakit kutukan. “Kalau kita menemukan secara dini sebelum cacat penderita akan sembuh sempurna. Tapi kalau sudah terlambat dalam kondisi cacat, maka setelah minum obat secara tuntas dan sembuh cacatnya harus direhabilitasi. Proses penyembuhan kusta tipe kering selama 6 bulan, sedangkan kusta tipe basah kita dampingi minum obat gratis selama setahun,” pungkasnya.(why/gus)

Sumber: