Dapat Panggilan Calon Pelanggan dari Eks Lokalisasi Dolly

Dapat Panggilan Calon Pelanggan dari Eks Lokalisasi Dolly

Yuli Setyo Budi, Surabaya Sejak memiliki motor, Yudi rajin narik. Dia menggabungkan diri pada komunitas ojek online. Hasilnya lumayan. Semakin rajin merespons pelanggan, semakin besar pundi-pundi yang dia kantongi. Mungkin karena terlalu bersemangat mendulang rezeki sebesar-besarnya, Yudi sepertinya sampai lupa pada kondisi tubuh sendiri. Letih lelah dia kesampingkan. Asal ada waktu dan kesempatan, semua peluang dia ambil. Sampai akhirnya, pada dini hari saat malam belum memuntahkan gulita. Sebelum sempat memejamkan mata usai mengantarkan pelanggan dari Terminal Purabaya, Yudi merespons panggilan dari calon pelanggan di dekat tempat tinggalnya. Dalam kondisi mengantuk, dia nekat mengantarkan pelanggan tadi ke Terminal Osowilangun. Tapi belum sampai di tempat tujuan… mak-bres… motornya dihantam trailer yang melaju dari arah barat. Penumpangnya terpental, sedangkan Yudi menghantan bodi depan trailer tadi. Kaki dan lengannya patah tulang. Itu terjadi sekitar sebulan silam. Terpaksa Amanah menggantikan posisi Yudi narik pelanggan. Eman-eman. Pelanggan Yudi kebanyakan menghubungi HP sang suami langsung tanpa melalui operator. Sayang kalau dilepaskan. “Sebenarnya Mas Yudi melarang aku narik. Yang kulakukan ini dilarang. Tapi bagaimana lagi. Sayang kalau rezeki dibiarkan lewat begitu saja,” kata Amanah sambil menyuapkan sesendok teh hangat manis ke mulut baby-nya. Amanah sendiri sudah lama tidak bekerja di pabrik. Dia berjualan sayur mayur dan aneka bumbu di rumah. “Dini hari aku kulakan di Keputran. Pagi nunggoni dagangan. Agak siang narik sebentar dan istirahat. Kadang sampai sore. Tapi kalau sepi, sore sampai menjelang malam nunggoni dagangan lagi,” aku Amanah. “Tidak canggung menggoncengkan pelanggan lelaki?” “Sudah biasa, Pak. Kalau ada yang macam-macam ya kuturunkan! Gitu aja kok repot,” kata Amanah, yang mengaku alhamdullah sampai sekarang belum pernah ada pelanggan ojeknya yang nakal. Kebanyakan malah menghormatinya dengan baik. “Seperti Bapak tadi, yang menawarkan diri mengambil alih kemudi,” tambah Amanah. Diakui Amanah pernah ada calon penumpang yang memesan ojek via aplikasi. Dari eks komplek lokalisasi Dolly. Meski awalnya agak ragu, Amanah akhirnya merespons panggilan tersebut. Sesampai di tempat yang dituju, Amanah terkejut. Calon penumpangnya ternyata lelaki berusia sekitar 45 tahun. Pakaiannya berantakan. Demikian juga wajahnya. Lusuh banget. Ketika didekati, bau minuman keras langsung menyergapnya. Takut mengambil risiko buruk, Amanah memutuskan melepas calon penumpang ini. Dia meninggalkannya begitu saja. Urusan dengan operator bisa diselesaikan nanti. “Takut, Pak. Gelagatnya sangat tidak baik,” kata Amanah sambil bergidik. Hujan mulai reda. Bahkan mendadak terang benderang. Cahaya dari matahari menyibak gugusan awan yang berarak ke arah barat. Kami pun kembali ke motor yang terparkir. Pukul 16.29 kami baru sampai kantor di Karah. Terlambat 29 menit. Memorandum segera membuka dompet untuk membayar ongkos. Murah. Cuma Rp 15 ribu. Memorandum menyodorkan pecahan Rp 50 ribu. “Sisanya hadiahkan untuk bayi ini,” kata Memorandum sambil mencowel pipi bayi dalam gendongan Amanah. (habis)  

Sumber: