Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis (6)

Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis (6)

Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis--

Nitha Masuk Kamar dengan Pakaian Amat Tipis

Seperti yang dikhawatirkan—atau justru diharapkan?—Yudis, ternyata Nitha hanya mem-booking satu kamar. Pikiran itu makin kacau ketika mereka bersiap membuka pintu kamar.

“Jangan khawatir. Di dalam kamar hotel ini ada tiga kamar terpisah. Kita tidak akan seranjang seperti yang kamu khawatirkan,” kata Nitha seperti menjawab kekhawatiran yang sedang dipikirkan Yudis.

Kamar hotel itu besar memang bukan kamar biasa. Tapi kamar eksklusif. Selain ada tiga kamar tidur, kamar besar seperti apartemen itu dilengkapi ruang tamu dan dapur terpisah. Juga teras lumayan luas yang menghadap ruang terbuka.

BACA JUGA:Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis (5)

Yudis merasa ditelanjangi dengan tebakan pikiran yang sangat tepat. Karena itu, dia berjanji dalam hati tidak akan menaruh kecurigaan macam-macam lagi kepada Nitha. Kapok!

“Silakan memilih kamar yang mana saja yang kamu suka,” kata Nitha lagi.

Yudis tersenyum. Tidak mau curiga-curigaan lagi.

“Pilih yang mana? Jangan khawatir, di semua kamar ada beberapa setel pakaian pria. Cukup untuk seminggu. Ada pakaian pesta, pakaian santai, pakaian renang, dan pakaian olahraga.”

BACA JUGA:Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis (4)

Yudis menunjuk salah satu di antara tiga kamar tadi dan masuk. Memeriksa kondisi di dalamnya. Cukup lama.

Sekitar 15 menit. Ketika hendak keluar, dari pintu yang lain Nitha masuk dengan pakaian tidur yang sangat tipis.  Menerawang merangsang.

Yudis kamitenggengen melihat Nitha dengan pakaian tidurnya. Matanya tidak mudah beralih pandangan. Penjelasan Nitha hanya lewat begitu saja masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan.

“Ngerti yang Mbak katakan?” tanya Nitha membuyarkan angan-angan dan pikiran negatif Yudis.

BACA JUGA:Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis (3)

Yudis klincutan dan mengangguk sambil tersenyum. “Kalau begitu istirahatlah. Besok kita bisa melakukan aktivitas liburan kita. Kalau ada apa-apa, kontak Mbak lewat telepon itu atau ketuk pintu ini,” kata Nitha sambil menunjuk pesawat telepon di samping ranjang.”

Malam itu Yudis tidak bisa tidur. Kancilen? Bukan. Tapi berpikir kuatkah dia bertahan tidak tergoda melakukan hal-hal negatif sampai kepulangan mereka ke Surabaya nanti? Begitu berat godaannya. Hem…

Beragam kemungkinan yang bisa terjadi hilir mudik di benaknya. Mulai dari yang logis hingga yang tidak masuk akal. Apa saja, sampai-sampai pikiran Yudis lelah dan akhirnya terlelap.

BACA JUGA:Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis (2)

Yudis tersentak dibangunkan alarm jam tangan yang digeletakkan di meja kecil samping ranjang. Sudah pukul 03.00. Bergegas dia melakukan rutinitas sepertiga malamnya, dilanjut salat Subuh.

BACA JUGA:Secuil Kepingan Surga Jatuh untuk Yudis (1)

Setelah selesai, Yudis berganti pakaian olahraga dan hendak mencari keringat seperti biasa.

Ketika membuka tirai sebelum membuka pintu ke balkon, dia melihat Nitha sedang mengggelia-liat eksotis. Rupanya sedang beryoga. (jos, bersambung)

 

Sumber: