Bersaing Sehat

Bersaing Sehat

Pemimpin Redaksi Memorandum Sujatmiko S.Sos--

Menghadapi awal masa kampanye ini, kita melihat unjuk gigi dari calon presiden, calon wakil presiden, calon legislatif (caleg), dan calon dewan perwakilan daerah (DPD).

Tanggal 28 November menjadi awal perhelatan politik yang menampilkan janji-janji manis dan pesona dari setiap kandidat.

Seiring berjalannya waktu, gambar-gambar para calon mulai merajalela di setiap sudut kota, menghadirkan pemandangan yang tak hanya ramai tapi juga merubah estetika kota, menurunkan keindahan dan meningkatkan kesan kotor.

Walaupun sebagian masyarakat tetap yakin bahwa ada calon yang baik dan bijaksana yang benar-benar memikirkan kepentingan rakyat.

Namun, kesan ini hanya melekat pada sebagian kecil calon. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika masyarakat terlihat biasa-biasa saja menghadapi Pemilu 2024, dengan sedikit optimisme terhadap perubahan yang akan dibawa pemimpin terpilih.

Penting untuk dicatat bahwa aturan main masa kampanye yang diberlakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) menciptakan pemandangan yang tak hanya ramai tapi juga sulit diubah.

Gambar-gambar para calon yang terpampang di setiap penjuru kota diyakini akan bertahan lama, menambah kesan kotor dan menurunkan estetika kota. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menjaga keindahan kota tanpa mengorbankan hak kampanye para calon.

Dalam melihat pemandangan ini, masyarakat menilai bahwa euforia terhadap gambar calon masih terbatas pada sebagian kecil pendukung fanatik. Mayoritas masyarakat memiliki pandangan realistis, yaitu bahwa siapapun yang terpilih mungkin tidak akan banyak mengubah perbaikan hidup mereka.

Hal ini mencerminkan tingginya tingkat kesadaran masyarakat dalam menyikapi dinamika politik dan menuntut pemimpin yang lebih dari sekadar janji kampanye.

Di sisi lain, tim sukses calon terlibat dalam upaya tanpa lelah untuk menempatkan calon yang diusung di hati masyarakat. Meskipun mereka bekerja keras, masyarakat tetap cerdas dalam memilih, lebih cenderung memilih calon yang sudah terbukti berbuat dan peduli kepada mereka.

Kekecewaan terhadap pemimpin masa lalu masih membekas dalam pikiran masyarakat, menciptakan tingkat skeptisisme yang tinggi terhadap janji-janji kampanye.

Di tengah semua ini, masih ada harapan bahwa politik dapat menjadi alat perubahan positif bagi negara. Meskipun masyarakat bijak dalam menyikapi politik, harapan tetap tertuju pada pemimpin yang benar-benar memikirkan kesejahteraan rakyat dan mampu membawa perubahan yang nyata.

Mempertahankan suhu politik yang kondusif menjadi kunci, dan bersaing sehat dalam masa kampanye dapat memastikan bahwa proses demokrasi berlangsung dengan damai dan aman. Penting untuk menghindari tindakan-tindakan kotor yang dapat merugikan rakyat dan menjaga dialog yang beretika antarcalon.

Namun, dalam semua upaya ini, perlu diingat bahwa penggunaan kata-kata yang mengatasnamakan rakyat haruslah bijak, menghindari penyalahgunaan yang dapat menciptakan kambing hitam yang sebenarnya mungkin untuk kepentingan tertentu atau golongan.

Semua ini merupakan bagian integral dari proses demokrasi yang melibatkan partisipasi aktif dan bijak dari seluruh masyarakat. (*)

Sumber:

Berita Terkait