Mitos Masakan Asin Tanda Mau Kawin: Fakta atau Hoaks ?

Mitos Masakan Asin Tanda Mau Kawin: Fakta atau Hoaks ?

Mitos masakan asin tanda mau kawin, apakah benar-benar bisa menjadi pertanda seseorang akan segera menikah?-pixabay-

MEMORANDUM-Mitos adalah kepercayaan yang tidak memiliki dasar ilmiah. Mitos-Mitos ini sering berkembang di masyarakat dari mulut ke mulut dan diwariskan dari generasi ke generasi. Salah satu Mitos yang masih banyak dipercaya oleh masyarakat Indonesia adalah Mitos masakan asin tanda mau kawin.

Mitos ini menyebutkan bahwa jika seorang wanita memasak dengan hasil masakan yang keasinan, maka wanita tersebut ingin cepat-cepat menikah. Konon, keasinan masakan tersebut merupakan sebuah protes yang dilakukan melalui makanan karena sang wanita tidak diizinkan menikah oleh orang tuanya.

Lalu, apakah mitos ini benar adanya? Apakah masakan asin memang merupakan tanda bahwa seseorang ingin cepat menikah?

Asal usul Mitos Masakan Asin Tanda Mau Kawin

Mitos mengetahui masakan asin tanda mau kawin ini tidak secara pasti dari mana asalnya. Namun, ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa mitos ini berasal dari zaman kerajaan.

Pada zaman dahulu, seorang raja memiliki seorang putri yang sangat cantik dan dicintai oleh banyak pria. Namun, sang putri belum ingin menikah karena belum menemukan pria yang tepat.

BACA JUGA:Beragam Makanan Rendah Lemak, Cocok untuk Menu Diet Sehat Harian Anda

Suatu hari, sang putri memasak untuk ayahnya. Namun, masakan yang ia masak terlalu asin. Sang raja pun bertanya kepada sang putri mengapa masakan tersebut terlalu asin.

Sang putri pun mengaku bahwa ia ingin cepat-cepat menikah. Ia merasa bosan hidup sendirian dan ingin memiliki pendamping hidup.

Kisah ini pun tersebar di masyarakat dan menjadi mitos yang dipercaya oleh banyak orang hingga saat ini.

Alasan Lain Masakan Asin

Selain mitos tersebut, ada beberapa alasan lain mengapa masakan bisa menjadi asin. Beberapa alasan tersebut antara lain:

• Kurang pengalaman memasak

Orang yang baru belajar memasak sering kali kurang berpengalaman dalam menakar bumbu. Akibatnya, mereka sering kali menambahkan garam terlalu banyak.

Sumber: