Relawan Vs Parpol, Caleg "Cari Selamat"

Relawan Vs Parpol, Caleg

Sujatmiko Pemimpin Redaksi Memorandum--

Tiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) telah mendaftar di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.

Pertarungan akan segera dimulai dan diantisipasi akan menjadi sengit. Politik dalam negeri semakin memanas, khususnya menjelang tahun politik 2024.

Pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar adalah yang pertama mendaftar. Mereka diikuti oleh pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mendaftar setelahnya.

Para calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) tentu harus memenuhi syarat 20 persen ambang parlemen dari suara partai politik di parlemen. Hal ini merupakan modal administratif menuju kursi istana negara.

Peran calon legislatif (caleg) dari partai politik tentu merupakan pertanyaan penting. Mereka sendiri juga sedang sibuk menentukan nasib mereka dalam Pemilu Legislatif (Pileg) 2024, yang akan dilaksanakan bersamaan dengan Pemilihan Presiden pada tanggal 14 Februari 2024.

BACA JUGA:Kejutan, atau Malah Terkejut

BACA JUGA:Marwah MK

Penulis meyakini bahwa pergerakan mesin partai politik sebagian besar dilakukan oleh relawan pendukung masing-masing pasangan capres-cawapres.

Hal ini terjadi karena dalam sistem politik yang terbuka, modal sosial saja tidak cukup untuk memenangkan hati nurani rakyat.

Modal kapital juga diperlukan untuk mengamankan dukungan suara rakyat.

Melalui pola sistem seperti ini, dapat diprediksi bahwa para caleg akan memprioritaskan diri untuk mendapatkan kursi di gedung wakil rakyat terlebih dahulu.

Selanjutnya, mereka akan merancang strategi untuk memenangkan pasangan capres-cawapres.

BACA JUGA:Krisis Ekonomi

BACA JUGA:Like and Dislike

Mesin partai politik seharusnya menjadi pengikut dan pendukung, bukan pengemban kepentingan pribadi.

Peluang ini terbuka bagi partai politik yang tidak mendukung kader mereka sendiri sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.

Partai politik sepertinya semakin kurang memiliki landasan ideologis, lebih cenderung menonjolkan identitasnya.

Mereka menonjolkan pasangan capres-cawapres yang dianggap memiliki peluang menang terbesar.

Hal ini menandai akhir dari pertarungan antara kelompok politik yang dikenal dengan sebutan "cebong vs kampret," meskipun isu politik dinasti mulai mencuat terkait Pilpres 2024.

BACA JUGA:Darurat Narkoba VS Konstruksi Kepentingan

BACA JUGA:Pat Gulipat, Siapa Cepat

Sumber: