2020, Tahun Menggiurkan
Oleh: Arief Sosiawan Pemimpin Redaksi Tak terasa, lusa (Rabu), dunia memasuki 2020. Tahun yang cukup istimewa bagi Kota Surabaya dan beberapa kota lain. Istimewa karena pada tahun bershio tikus logam ini ada pesta politik berkelas pemilihan wali kota (pilwali) dan pemilihan bupati (pilbup). Mau tak mau, suka atau tidak, partai-partai politik harus bekerja ekstra keras dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Mereka tak akan membuang waktu begitu saja. Kebanyakan mereka diam-diam mencoba mencuri start dan berjibaku sampai tetes darah penghabisan, tetes peluh terakhir menyiapkan jago-jago atau kader terbaik guna merebut kemenangan untuk jabatan wali kota atau bupati. Demi menjaga kredibilitas dan pamor besar partainya, dipastikan semua kekuatan dan pemikiran, serta ide-ide cemerlang para kader, akan dihabiskan tumplek blek untuk satu tujuan: menang! Berbagai strategi dan taktik merebut suara rakyat disiapkan. Tak peduli dengan cara apa pun. Cara termudah hingga tersulit dipetakan dan dikerjakan seluruh kader dengan perintah jelas dari pimpinan partai. Partai tak segan mematok target perolehan suara dari semua jajaran pengurus. Mulai pengurus tingkat ranting hingga tingkat kota. Otomatis fakta ini memaksa mereka mengondisikan perangkat RT dan RW (rukun tetangga dan rukun warga) agar memobilisasi warganya memilih calon unggulan partai. Terbukti, pemilihan ketua RT, RW, bahkan LPMK (lembaga pemberdayaan masyarakat kelurahan) belum lama ini diwarna aksi kisruh di beberapa wilayah akibat mengejar kepentingan politik, pemilihan wali kota atau bupati. Begitu pula bagi para pialang politik. Mereka terlihat tak mau kalah dari partai-partai politik. Bahkan, sebagian dari mereka melakukan hal yang sama untuk menuntaskan ambisi meraih jabatan wali kota atau bupati, Pun mereka yang jadi kutu loncat (biasanya orang partai yang tergilas dari kubu pemegang kekuasaan partai, atau orang yang sakit hati karena tidak kebagian posisi terbaik sesuai incarannya di partai), bertindak sama untuk mengejar impian sekaligus ambisi meraih jabatan wali kota atau bupati. Mereka, berbalut dengan identitas calon independent, wal khususon untuk Kota Surabaya, mereka memosisikan diri menjadi lawan tanding terkuat bagi calon-calon dari kader parpol. Merasa memiliki nyali besar, karena pada pesta politik lima tahunan yang kali ini tak ada jago petahana, para pialang politik itu sama-sama menghitung peluang memetik kemenangan sebagai L-1. Lantas, pertanyaan bagi para calon wali kota dari kader partai maupun yang independent, akankah dengan mudah mereka mampu merealisasikan impian dan ambisi menjadi wali kota? Apakah warga Surabaya mudah dipengaruhi kebijakan-kebijakan partai? Atau warga mudah menerima iming-iming dari para calon independent? Jawaban soal ini tidak bisa dipastikan saat ini. Tapi, satu yang pasti, Pilwali Kota Surabaya 2020 akan berlangsung ketat, alot, dan penuh intrik karena di depan mereka yang terbayang adanya anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) sebesar Rp 10,3 Triliun yang sangat menggiurkan. (*)
Sumber: