Harga Naik, Pemilik Rumah Makanan Siasati dengan Mengoplos Beras
Umi Indri, salah satu pemilik toko di Pasar Jarak. --
Surabaya, Memorandum - Tren kenaikan harga beras terjadi di Kota Surabaya hingga menembus Rp 15 ribu per kilogram. Kenaikan itu membuat sejumlah pedagang merasa keheranan.
"Apalagi saat ini kan lagi masa panen raya. Kenapa harga beras kok tambah naik ya, kan aneh. Biasanya harga beras itu naik pada saat musim penghujan (banjir), November-Januari naik, Februari turun lagi, " kata Muhammad Ahmad pedagang beras di Semampir.
Ia menyebut harga beras sebelumnya dikisaran Rp 12 ribu per kilogram. Saat ini, harga beras menembus Rp 13 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram. Kenaikan harga beras berlangsung setiap hari selama dua minggu terakhir.
"Semoga tidak segera normal lagi ya harga berasnya. Kami sebagai pedagang kelas menengah kebawah ingin pemerintah segera bertindak soal kenaikan harga beras ini, " ungkap pria asal Madura ini.
Sementara pedagang beras di Pasar Jarak, Umi Indri juga mengungkapkan hal yang sama. Jika dua pekan ini harga beras merangkak naik.
"Harga beras berkisar Rp 13,500 sampai Rp 15 ribu. Sebelumnya cuma Rp 12.500 sampai Rp 14 ribu per kilo, " ujarnya.
Menurutnya tentu dengan kenaikan beras ini secara umum berdampak bagi masyarakat. Terutama pedagang makanan.
"Ya berdampak, pelanggan mengeluh. Tapi ya gimana lagi beras kebutuhan pokok. Meski harganya naik ya tetap belanja masyarakat, " ujarnya.
Kendati demikian, menurut Umi Indri khusus untuk pedagang makanan bisanya kalau beli beras minta dioplos dengan kualitas biasa.
"Biasanya request dicampur berasnya. Agar tidak rugi rugi benget jualan makanannya, " imbuhnya.
Akibatnya banyak kaum ibu ibu menjerit, terutama pedagang makanan. Pedagang makanan mulai merasakan dampak kenaikan harga beras. Pedagang pun mengambil sejumlah langkah untuk mengantisipasi dan menyiasati kenaikan tersebut.
"Sudah mulai berfikir gimana caranya supaya tidak rugi. Mau naikin harganya ya kasihan pembeli juga," kata Muasaroh salah satu pemilik kuliner di Lakarsantri.
Pedagang menyiasati mencampur beras kualitas bagus dengan standar. "Biasanya saya pakai beras yang bagus. Karena kalau hasil nasinya bagus pasti hidangan makanan itu enak rasanya. Kalau kondisi sekarang ya berasnya dioplos mas, memang rasanya sedikit berbeda, " pungkasnya. (alf/fer)
Sumber: