Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (3)

Kawin Muda, Rumah Tangga Tak Pernah Tenteram (3)

Tiba-tiba HP di tangan Winih berbunyi. Panggilan masuk. Dari seseorang yang di HP diberi nama Say. Winih ragu-ragu mengangkatnya. Takut Jostro marah. HP terus berdering. Tak pernah berhenti. Terus-menerus bersambung. Karena khawatir isinya sangat penting, Winih nekat mengangkatnya. “Halo?” kata seseorang di seberang sana. Suara perempuan bernada manja, “Kok Dedy belum datang?” “Ini aku, Winih. Istri Mas Jostro. Ini HP Mas Jostro, bukan Dedi,” balas Winih sambil alis matanya nyaris bersatu. Klek! Tiba-tiba sambungan diputus. Winih bingung. Dia letakkan HP pada tempatnya semula. Pada waktu bersamaan Jostro muncul dari ruang tamu. Dia ambil HP tadi dan balik cepat-cepat. Panggilan Winih tidak dihiraukan. “Saya lantas berpikir, siapa Say yang namanya tetera di HP Mas Jostro? Kenapa dia mencari Dedi kalau tahu yang ditelepon adalah Mas Jostro?” Pertanyaan-pertanyaan tadi terus berputar-putar di benak Winih. Tapi selalu tidak ada jawaban. Karena itu, Winih bermaksud melupakannya. Toh tidak ada hubungan dengan dirinya. Tapi semakin Winih ingin melupakan persoalan tadi, semakin tebal rasa penasaran membalut pikiran. Setelah mencoba menjernihkan hati dan pikiran, Winih akhirnya memutuskan mencari jawaban pertanyaan-pertanyaan tadi. Namun, ke mana harus mencari? Kepada Jostro, tidak mungkin! Imposebel! Dari televisi, Winih akhirnya tahu bahwa barang di saku baju Jostro yang dia buang—kemungkinan—adalah sabu-sabu. Makanya Jostro marah besar, lha wong harga satu gramnya sangat mahal, lebih dari Rp 1 juta. Lebih mahal dari emas. Emas Dubai sekali pun. Sejak itu Winih tahu suaminya terlibat peredaran atau minimal pemakaian benda-benda terlarang. Agar masalah ini tidak berbuntut penyesalan, Winih pelan-pelan membicarakannya dengan Jostro. Ternyata Jostro malah tersinggung. Marah. Marah besar, bahkan. Bukan marah biasa seperti yang hampir setiap saat dilihat Winih. Kali ini pakai ancam-mengancam segala: kalau Winih masih turut campur masalah ini, Jostro tidak segan-segan akan bertindak. Jostro akan menceraikannya! Winih keder. Dia tidak ingin ditinggalkan walau sang suami sering menyakitkan. Apalagi, di antara mereka sudah ada anak hasil perkawinan. Dengan cara apa pun Winih akan berusaha mempertahankan keutuhan rumah tangga mereka. Yang masih Winih pikirkan, siapa perempuan bernama Say—seperti dia lihat di panggilan HP Jostro—yang teleponnya pernah dia terima? Mungkinkah dia wanita idaman lain Jostro? Atau teman nakal Jostro dalam bermain narkoba? (jos, bersambung)  

Sumber: