Dilema Perempuan Berjilbab Bersuamikan 2 Hati (4-habis)

Dilema Perempuan Berjilbab Bersuamikan 2 Hati (4-habis)

Rohim bahkan terang-terangan mengaku sejak suami Wulan meninggal, dia rutin mengontak perempuan tersebut. Minimal tiga kali sepekan. Bila itu tidak dilakukan, Rohim merasakan sesak napas. “Ternyata itu yang terjadi selama ini,” kata Welas. Pengakuan Rohim tadi menjadi penyebab mereka bertengkar. Welas melarang Rohim tidak lagi mengontak Wulan, namun Rohim mengaku dia tidak sanggup melakukannya. “Saya akan drop. Izinkan saya hanya menelepon saja. Tak lebih dari itu,” kata Welas menirukan permintaan suaminya. Welas murka. Sesuatu yang tidak pernah dilakukan selama ini. Dia banting remote televisi dan dia berteriak-teriak tak jelas. Rohim hanya bisa diam menyaksikan istrinya kalap seperti itu. Mendadak Rohim lunglai. Tubuhnya terjatuh dari tempat tidur. Membentur lantai dengan keras. Kepalanya terlebih dulu. Rohim pingsan. Welas sempat tidak memperhahatikan hal ini. Dia sibuk ngomel. Welas baru sadar bahwa Rohim jatuh dan pingsan setelah usai marah-marah. Perempuan ini lantas membawa Rohim ke rumah sakit. “Kami terpaksa minta tolong tukang becak yang ngetem di depan rumah untuk angkat Mas Rohim.” Dua minggu dirawat inap, Rohim baru siuman. Tapi kondisinya sudah sangat berubah dibanding sebelum jatuh. Dia nyleleng. Tidak ingat apa-apa, bahkan terhadap Welas. Yang keluar dari bibirnya hanya bisikan lirih, “Wulan… Wulan.” Welas emosi. Di tengah kondisi Rohim seperti itu, Welas mengeluarkan ancaman kepada sang suami: kalau Rohim tidak segera mau melupakan Wulan, dia lebih baik cerai. Welas juga menegaskan, bila Rohim tidak mau menceraikan dirinya, dia yang akan mengajukan gugatan cerai. Rohim tidak reaktif terhadap ancaman Welas. Lelaki ini masih tenggelam dalam pikirannya sendiri. Wulan yang sempat membesuk diusir Welas. Terjadi pertengkaran mulut di pintu masuk ruang rawat inap. Tidak lama kemudian Welas pergi meninggalkan rumah sakit. Seminggu Welas tidak nyamperin Rohim di rumah sakit. Rohim dirawat anaknya. Setiap hari Wulan datang membesuk. Lambat laun kondisi Rohim membaik. Dia tidak peduli mendengar kabar digugat cerai Welas. Kini perceraian Rohim-Welas sedang diproses di pengadilan agama. “Mas Rohim sudah pulang ke rumah. Kami tidak saling omong. Tapi saya tahu, dia tidak ingin bercerai dengan saya,” kata Welas. Lantas? “Jujur saya bingung. Saya pun masih mencintai Mas Rohim. Tapi bagaimana kalau dia masih mencintai wanita lain sedemikian besarnya? Apa saya terus membiarkan dia berbuat dosa dengan menduakan hati? Atau saya harus merelakan dia menikah dengan wanita itu?” tutur Welas. Lirih. Lirih sekali. (jos, habis)  

Sumber: