Matahari Terbit, Dunia Malam Arini Sudah Berakhir (6-habis)

Matahari Terbit, Dunia Malam Arini Sudah Berakhir (6-habis)

Saran dokter: gugurkan janin yang sedang dikandungan Arin. Sebab kondisinya amat membahayakan. Arin drop. Kebanggaan yang sudah telanjur terucap di depan teman-teman berubah bak cuci muka dengan adonan kotoran sapi. Arin menarik diri dari pergaulan. Stop bertemu siapa saja. Jangankan teman dan sahabat, tetangga pun dihindari. Arin akhirnya benar-benar drop. Keguguran. Sejak itu Arin mengurung diri. Berbagai cara diupayakan untuk mengembalikan mental Arin. Psikolog tidak mempan. Kiai dan ustaz menyatakan butuh waktu. Seorang sahabat Arin yang beragama nonmuslim menawarkan mengundang pastur. Keluarga pecah. Ada yang setuju. Ada yang menolak. Ada yang ragu. Akhirnya ada yang usul sebaiknya dicoba saja. Siapa tahu ada hasilnya. Ternyata sami mawon. Podo wae. Nol. Mereka tak ada yang dibukakan pintu dan dipersilakan masuk. Semua mengajak berbincang Arin dari balik pintu. Jadi, entah, didengarkan atau tidak. Yang pasti, kondisi Arin makin parah. Mulai tidak mau makan. Walau demikian, keluarga tetap menyediakan makanan dan minuman di depan pintu kamar. Makanan dan minuman itu kadang hilang tanda bekas. Kadang hanya diambil makanannya. Kadang hanya diambil minumannya. Waktu terus melaju. Masa semakin tua. Detik ditinggalkan menit. Menit ditinggalkan jam. Jam ditinggalkan hari. Hari ditinggalkan minggu. Minggu ditingalkan bulan. Tiba-tiba pintu terbuka. Arin keluar dari kamar. Bersih. Segar. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa. “Ustad yang pernah diundang untukku menyisipkan Alquran kecil di bawah pintu. Semula tidak kugapai. Entahlah. Suatu saat tiba-tiba aku ingin mengambil dan membukanya,” aku Arin. Kebetulan yang dibuka pas surah Al-Ankabut. Diawali ayat pertama yang berbunyi Alif Lam Mim, mata Arin tertancap pada ayat kedua yang artinya kurang lebih demikian, “Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, ‘Kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji?’ “Aku merasa terpukul. Selama ini aku merasa hidupku lurus-lurus saja. Tidak pernah ada masalah. Lancar-lancar saja. Bahkan bertabur kesenangan. Aku merenung: masa baru diuji begini saja langsung menyerah?” tutur Arin, yang lantas berusaha bangkit. Arin mengaku menerima kenyataan ini sebagai batu ujian. “Aku akan memulai hidup baru. Doakan. Jujur saja aku masih merasakan sedang hamil. Doakan ya,” pintanya. Pasrah. (jos, habis)  

Sumber: