Matahari Terbit, Dunia Malam Arini Sudah Berakhir (5)

Matahari Terbit, Dunia Malam Arini Sudah Berakhir (5)

Supaya bayi yang dikandungnya lahir sempurna, Arin amat rajin mengonsumsi makanan-minuman sehat. Ia juga saban waktu memperdengarkan murotal Alquran dengan menempelkan headset ke perut. Sayur dan buah-buahan segar harus selalu tersedia di rumah. Aneka macam. Kulkas harus full. Tidak boleh talat. Kosong dikit, isi. Kosong dikit, isi. Arin memang mengharuskan diri mengonsumsi jus buah. Tiga kali sehari. Ia tidak mau asupan vitamin yang dikemas dalam bentuk cairan dalam kemasan, tablet, kaplet, apalagi kapsul. Alasannya, pasti ada zat kimianya. Jus harus dari buah segar. Maksimal tersimpan hanya sepekan di kulkas. Saking fanatiknya dengan jus, ke mana-mana Arin selalu membawa juicer atau minimal blender, “Aku ingin kulit anakku putih bersih. Minimal bersih. Karena itu aku tidak pernah meninggalkan jus yang mengandung vitamin C.” Konsumsi nasi dibatasi. Makanan yang menyebabkan timbul kolesterol jahat, asam urat, dan kadar gula berlebih diatur. “Hidup di bawah pengawasan yang teramat sangat ketat sekali,” katanya, lalu tertawa kecil. Arin sampai mencatat tips agar bayi lahir sehat wal afiat.Dia menuliskannya di kertas buffalo dengan spidol warna merah dan menempelkan di tempat-tempat strategis. Di atas kulkas. Di dinding dapur. Di sisi dalam daun pintu kamar tidur. Bahkan di teras. Ada tujuh item. Yaitu: 1. Konsumsi makanan yang bergizi seimbang; 2. Hindari mengonsumsi kafein dan alcohol—waktu menulis poin ini Arin tertawa dalam hati. Sebab, tidak hanya kafein dan alcohol, zat-zat adiktif pun dia tenggak. 3.Mengonsumsi kacang almond secara rutin: 4. Menghindari olahraga yang terlalu ekstem; 5. Harus tidur yang cukup dan berkualitas; 6. Hindari produk yang mengandung bahan kimia; 7. Mengecek kondisi janin secara rutin. “Aku sampai hapal. Bagaimana tidak, wong sehari bisa baca sampai 100 kali,” kelakarnya. Dengan menjalankan semua ritual merawat kehamilan tadi, Arin yakin bayi yang dilahirkannya nanti benar-benar sehat. Dia pasti akan bangga. Demikian juga sang suami. “Aku bahkan bisa menepuk dada di depan-depan komunitas teman lamaku: Ini lho aku kini. Aku juara,” kata Arin dengan nada dipongah-pongahkan, lalu diam cukup lama. Arin seperti tidak sabar untuk segera bisa melahirkan dan menimang baby. Dia bahkan sudah berangan-angan bakal hamil lagi, hamil lagi, dan hamil lagi tanpa lelah. “Aku ingin membentuk keluarga besar,” katanya berangan-angan. Namun, terasa kalimat itu sungguh hambar. Masuk kehamilan bulan kelima, terjadi sesuatu di luar dugaan. Terdeteksi ada kelainan dalam perkembangan otak janin. Jantung calon bayi yang masih berada di dalam rahim itu juga terdeteksi sangat lemah. (jos, bersambung)    

Sumber: