Pencegahan dan Penanganan Kuning pada Bayi, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Anak RSUD Jombang

Pencegahan dan Penanganan Kuning pada Bayi, Ini Penjelasan Dokter Spesialis Anak RSUD Jombang

Jombang, memorandum.co.id - Melahirkan buah hati yang sehat merupakan dambaan setiap orang tua. Namun, tentunya dalam merawat bayi tidak boleh asal-asalan. Tentunya bagi seorang ibu, wajib memperhatikan ASI yang akan diberikan kepada si buah hati. Hal itu dilakukan agar si buah hati terhindar dari berbagai penyakit. Salah satunya yakni sakit kuning. Nah, untuk mengetahui apa dan bagaimana agar bayi terhindar sakit kuning, ada beberapa tips atau langkah yang harus diperhatikan ibu. Spesialis Anak RSUD Jombang, dr. Kadek Ayu Atrie Swarita, Sp.A, M.Ked.Klin mengatakan, yang dimaksud bayi kuning adalah, bayi dimana didapatkan warna kuning pada kulit (mulai dari area wajah, dada, punggung, perut, tangan, kaki hingga telapak tangan dan kaki), membrane mukosa dan sklera. "Yang diakibatkan peningkatan kadar bilirubin di dalam darah lebih dari 5 miligram per desiliter," katanya, Senin (17/7/2023). Kadek menjelaskan, penyebab kuning pada bayi yaitu berupa kuning fisiologis, yang mana dapat terjadi pada setiap bayi baru lahir. Disebabkan oleh proses maturasi organ hati yang belum sempurna pada minggu pertama kehidupan. Organ hati memiliki peran penting dalam memecah bilirubin untuk dapat dikeluarkan dari tubuh melalui tinja ataupun air kencing. "Dengan belum maturnya organ hati pada bayi baru lahir, maka kadar bilirubin juga mengalami peningkatan yang akan menimbulkan gejala kuning pada bayi baru lahir," jelasnya. Ditanya apakah kuning berbahaya ? Kadek membeberkan, pertama yang harus diketahui apakah kuning tersebut termasuk kuning fisiologis (kuning yang alamiah) atau patologis (kuning yang tidak normal atau berbahaya). Kuning Fisiologis sering terjadi pada bayi kurang maupun cukup bulan pada minggu pertama kehidupan. Munculnya usia bayi 2 atau 3 hari dan berlangsung hingga 14 hari. "Bayi tampak sehat, menyusu kuat, gerak aktif, warna tinja kuning," bebernya. Sedangkan Kuning Patologis, Kadek melanjutkan, kuning muncul dalam 24 jam pertama setelah kelahiran, bayi kuning lebih dari 14 hari, warna tinja tampak lebih pucat, bayi terlihat tidak aktif. "Malas menyusu, penurunan berat badan yang cepat, suhu tubuh meningkat atau menurun," lanjutnya. Nah, bagaimana cara untuk mencegah kuning ? Kadek memaparkan, tindakan pencegahan kuning yaitu rutin melakukan pemeriksaan kehamilan saat hamil. Kemudian memberikan ASI yang cukup sejak dini 8-12 kali perhari. "Dan tentunya menjemur bayi di bawah sinar matahari pada pagi hari," paparnya. Menurut Kadek, cara menjemur bayi yang benar yakni dengan menempatkan bayi dekat dengan jendela yang terbuka. Kemudian jemur bayi antara pukul 7-9 WIB pagi. Aturu posisi kepala bayi agar wajah tidak menghadap sinar matahari secara langsung. Jemur bayi selama 10 menit. "Pada 15-20 menit sebelum bayi dijemur, gunakan terlebih dahulu tabir surya minimal SPF 15," ujarnya. Dalam Tatalaksana Bayi Kuning, Kadek menerangkan, bahwa ada tiga poin yang harus dioerhatikan. Yaitu Fototerapi, Transfusi tukar dan Pencegahan. Yang pertama Fototerapi, mengacu pada diagram AAP yang mana mempunyai cut off point masing-masing berdasarkan usia gestasi. "Transfusi Tukar, yaitu segera direkomendasikan untuk bayi yang menunjukan tanda ensefalopati bilirubin akut," terangnya. Selanjutnya Pencegahan, yakni dengan melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini). Pemberian ASI sesegera mungkin dengan memperhatikan posisi dan perlekatan menyusui harus baik, frekuensi harus sering dan tidak dibatasi. "Bila perlu diberikan ASI perah," lanjut dr. Kadek. Untuk waktu lamanya bayi menetek, Kadek menandaskan, lama menyusui setiap satu payudara lebih kurang 15-20 menit. Pastikan sampai payudara terasa kosong, baru pindah ke payudara yang satunya. Karena lemak pada ASI keluar di akhur-akhir bayi menetek. "Untuk jarak menyusui lebih kurang 2 jam. Karena secara teori, pengosongan lambung lebih kurang 2 jam," tandasnya. Agar ASI ibu lancar, maka si ibu wajib memperhatikan beberapa hal. Yaitu ibu tidak boleh stres dan capek, makan yang bergizi dalam jumlah porsi dan jumlah yang cukup, lalu minum air 3-4 liter per hari. "Nah, untuk dua faktor diatas, itu untuk ibu yang tidak ada faktor resiko," pungkas Kadek.(yus/ziz)

Sumber: