Curhat Siswa Kelas 2 SMA Pengidap Cinta Sejenis (2 – habis)
Cinta? Pernyataan Agus ini memukul dinding hati dan menggaung-gaung di sana. Jujur aku tidak mengerti apa arti cinta bagi sesama pria. Atau mungkin sesama wanita. Selama ini aku tahu bahwa cinta itu adalah hak bagi pasangan kekasih antara cewek dan cowok. Dan, cinta itu harus diakhiri ikatan tali suci perkawinan. Kalau cinta antarcowok atau antarcewek, haruskah juga diakhiri dengan ikatan tali perkawinan? Di beberapa negara persoalan ini memang sudah paripurna. Sudah diangggap selesai dengan disetujuinya perkawinan sejenis. Tapi bagi aku pribadi, fakta ini sangat menakutkan. Sebab, bila perkawinan sejenis diperbolehkan dan semua orang menjalani, pada saatnya nanti manusia pasti musnah. Tidak ada lagi kelahiran. Sudah beberapa hari ini kami tidak kontak. Kuakui memang seperti kosong bila sehari saja tidak kontak dengan Agus. Paling tidak WA-an walau hanya sekata-dua kata. Aku khawatir dia marah ke aku. Kira-kira bagaimana? Dalam hati aku sempat berpikir: kenapa tidak mengalihkan saja perasaaan rindu ini ke seorang cewek? Kuakui,sebenarnya ada chemistry dengan mereka. Tapi relative kecil. Ada satu yang menarik. Anaknya lucu. Gokil banget. Namanya Dian. Sudah beberapa kali aku berusaha dekat dengan dia. Tapi tidak pernah berhasil. Ketika semakin dekat dengan dia, aku malah selalu ingat Agus. Jujur aku bingung. Bingung. Bingung. Aku pernah dengar dan baca bahwa di beberapa negara perkawinan sejenis diperbolehkan. Tapi aku tidak setuju itu. Makanya aku curhat agar masalah kami ini dicarikan solusi serius oleh Negara. Supaya tidak hanya dijadikan wacana . Supaya kita berpikir bersama bahwa sebenarnya kami menderita dengan kondisi ini. Tapi kami tidak bisa dengan mudah keluar dari lingkaran ini. Kuakui sempat bingung setelah mendapat jawaban dari seorang psikolog yang kumintai konsultasi. Sebab, sepertinya sebagian mereka justru sepaham terhadap cinta sejenis. Kini aku tidak berani membicarakan masalah ini dengan sembarang orang. Takut lebih dalam terjerumus ke dalam pusaran lingkaran LBGT yang semakin besar dan semakin kuat. Aku juga takut hendak berkonsultasi dengan tokoh agama. Takut disalahkan meski aku sadar bahwa pilihanku memang benar-benar salah. Makanya aku curhat di sini. Jujur aku berharap ada pihak-pihakĀ yang serius mencarikan solusi buat kami. Agar lingkaran kami tidak semakin membesar dan persoalan yang menyertainya semakin sulit dipecahkan. (jos, habis)
Sumber: