Kunjungi Daker Makkah, Malaysia Pelajari Skema Pergerakan Jemaah Indonesia

Kunjungi Daker Makkah, Malaysia Pelajari Skema Pergerakan Jemaah Indonesia

Memorandum.co.id - Direktur Eksekutif Haji Dato Sri Syed Saleh berkunjung ke kantor Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Makkah di Syisyah. “Setiap tahun kita berada di sini untuk melihat apa yang perlu kita perbaiki ke depan dan mempelajari satu sama yang lain,” terang Syed Saleh di Makkah, Jumat (7/7/2023). “Saya rasa banyak yang bisa dipelajari dari Indonesia, terutama sekali dari segi penyelenggaraan pergerakan jemaah, dari segi pembimbing ibadah hajinya, juga dari kemudahan (fasilitas) kesehatan, dan sebagainya. Jadi ini perkara yang senantiasa kita bertukar pandangan,” sambungnya. Syed Saleh menilai saling tukar pandangan dan pengalaman antar dua negara sangat penting. Apalagi, baik Malaysia maupun Indonesia, keduanya menjalin mitra kerja yang sama dengan Syarikah Mashariq. Sehingga, persoalan layanan di Arafah, Muzdalifah, dan Mina juga sama-sama dirasakan oleh kedua negara. “Kita duduk di bawah satu penyampai khidmat yang sama, yaitu Masyariq. Jadi kita perlu punya satu suara yang sama dalam kita memberi pandangan kepada pihak Masyariq,” pesannya. Indonesia adalah negara dengan jemaah haji terbesar di dunia. Tahun ini, Indonesia mendapat 229.000 kuota. Memobilisasi jemaah yang umumnya warga sipil dalam jumlah yang begitu banyak tentu bukan hal mudah. Namun, fase keberangkatan jemaah haji Indonesia yang berlangsung 24 Mei - 25 Juni 2023 berjalan lancar. Kini, Indonesia sudah memasuki fase pemulangan yang berlangsung dari 4 Juli - 3 Agustus 2023. Dirjen PHU Hilman Latief mengatakan, tukar pandangan dan pengalaman antar dua negara sangat penting. Dia berharap, ke depan akan dapat dibuat satu pola pembahasan dan model penyelenggaraa haji yang lebih proporsional dan profesional di antara negara-negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia. Pembahasan ini juga akan melibatkan Pemerintah Arab Saudi. Sebab, perubahan juga terus terjadi di Saudi, termasuk perubahan dari muasasah menjadi Syarikah, sehingga ke depan harus lebih profesional. Sementara kuota haji Malaysia berjumlah 31.600 dengan 1.000 kuota tambahan. “Mudah-mudahan ke depan tidak terulang, kesulitan-kesulitan yang dialami jemaah, seperti kasus di Muzdalifah, penjemputan sampai terlalu siang dan juga keterlambatan. Atau kesiapan infrastruktur tadi juga menjadi sorotan, baik di Arafah maupun Mina. Termasuk sanitasi air bersih itukan vital, tetap harus kita jaga sama-sama. Kita komunikasikan dengan baik pada Pemerintah Saudi secara formal,” tandasnya. (*/Rdh)

Sumber: