BPBD Bangkalan Imbau Warga  Waspadai Ancaman Bencana Alam

BPBD Bangkalan Imbau Warga  Waspadai Ancaman Bencana Alam

Bangkalan, Memorandum.co.id - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangkalan  Rizal Morris menyatakan puncak musim hujan diprediksi pada Januari hingga April tahun depan. Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam, masyarakat perlu mewaspadai. [penci_ads id="penci_ads_4"] “Merujuk pada pengalaman tahun sebelumnya, setiap kali musim hujan terjadi bencana alam. Seperti, angin puting beliung, banjir bandang, longsoran bukit dan keceelakaan laut, kerap kali terjadi di Kabupaten Bangkalan,” beber Rizal, Senin (16/12) . Ia menambahkan pada pertengahan Desember saat ini, musibah angin puting beliung sudah beberapa kali  melanda Kabupaten Bangkalan. Di antaranya terjadi di Desa Burneh, Benangkah, dan Desa Langkap,  enam kelurahan di Kecamatan Bangkalan, dan beberapa desa di Kecamatan Blega dan Modung. “Akibatnya, kerugian material tak terhinadarkan. Puluhan rumah, gedung sekolah, pertokoan  dan infrastruktur umum lainnya mengalami kerusakan ringan, sedang dan berat,” tegas Rizal. Musibah tanah longsor, menurut Rizal, pernah terjadi  di areal penambangan batu kapur Bukit Pendabah, Desa Pendabah, Kecamatan Kamal, 2016. Akibatnya, Mahmud (41), warga Dusun Sumur Darih itu tewas tertimpa material longsoran bukit. [penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="left" withids="" displayby="tag" orderby="rand"]Tidak hanya itu, dalam beberapa tahun terakhir ini, musibah serupa juga terjadi di kabupaten Bangkalan. Di antaranya, dua penambang di kawasan Bukit Kampek, Desa Pangolangan, Kecamatan Burneh, juga tewas tertimbun longsoran bukit. Penambang pasir di dasar bukit Geger, Desa Geger, Kecamatan Geger, juga pernah meregang nyawa akibat musibah longsor. Agar tragedi serupa tidak terulang lagi, Rizal mengingatkan ada beberapa kawasan bukit tergolong rentan bencana longsor ketika musim hujan tiba. “Jadi para penambang dan warga yang berdomisili di sekitar kawasan rawan itu, saya harap selalu awas dan waspada,” harap Rizal. Kawasan rawan longsor itu di sekitar areal penambangan Bukit Buduran dan Bukit Buduran, Desa Buduran, Kecamatan Arosbaya. Bukit Gigir di Desa Paterongan, Kecamatan Galis. Bukit Pendabah di Desa Pendabah, Kecamatan Kamal. Bukit Kampek di Desa Pangolangan, Kecamatan Bureh. Bukit Jaddih di Desa Jaddih, Kecamatan Socah. Bukit Morombuh di Desa Morombuh, Kecamatan Kwanyar.  Bukit Kampak dan Bukit Geger di Kecamatan Geger. “Beberapa areal penambangan bukit kapur yang tersebar di Kecamatan Konang, Kokop, Modung, Blega, Sepulu dan Kecamatan Tanah Merah, juga cukup rentan bencana longsor. Jadi  patut diwapadai juga,” ungkap Rizal. Sementara peta wilayah rawan bencana banjir, jika merujuk pada kajadian tahun-tahun sebelumnya, menurut Rizal, juga tersebar di beberapa kecamatan.  Yakni Kecamatan Blega, Kecamatan Sepulu, Kecamatan Klampis, Kecamatan Arosbaya, Kecamatan Socah, dan  Kecamatan Bangkalan kota. Khusus  bahaya bencana puting beliung, menurut Rizal sulit diprediksi. Artinya, sewaktu-waktu  bisa saja terjadi di wilayah Kecamatan manapun. Terakhir, Rizal wanti-wanti jika sewaktu-waktu bencana alam benar-benar terjadi. Apapun bentuknya, warga di sekitar lokasi bencana agar secepatnya melapor kepada kades, camat atau anggota musipka atau juga bisa  langsung kepada BPBD via telepon. “Tujuannya agar langkah-langkah antisipasi seperti evakuasi penduduk, penyaluran bantuan dan hal lain yang diperlukan, bisa secepatnya  dilakukan di lokasi bencana,” pungkas Rizal. Sedangkan Kepala Dinas Perikanan  Moh Zaini  mengingatkan, agar  nelayan di 10 kecamatan harus mewaspadai kemungkinan terjadinya terjangan badai.  Biasanya  pada Desember  sampai Pebruari,  tiupan kencang angin barat akan  terjadi di Selat Madura dan Laut Jawa. “Selain arus di perairan Selat Madura dan Laut jawa sangat deras, ketinggian gelombangnya bisa mencapai sekitar 3 sampai 5 meter meter. Kadang juga diwarnai hujan lebat dan kilatan petir,” kata Zaini. Ini  terjadi pada  Desember 2016. Dua nelayan asal Kampung Lebak, Kelurahan Pangeranan, Kecamatan Bangkalan Kota, tewas tenggelam dan terseret arus deras, setelah perahu mereka terbalik akibat hempasan ombak. Demikian juga, tujuh nelayan Kecamatan Tanjung Bumi, juga hanyut tak ketahuan rimbanya, ketika perahu mereka  karam pada 2014. Zaini  mengingatkan agar para nelayan sebaiknya libur semantara waktu ketika tiupan kencang angin barat. Khususnya nelayan di Kecamatan Bangkalan, Tanjung Bumi, Sepulu, Klampis, Arosbaya, Socah, Kamal, Labang, Kwanyar dan Kecamatan Modung. “Kalaupun ada  nelayan yang masih berani melaut, sebaiknya lakukan di sekitar kawasan pesisir pantai saja. Itupun kalau langit tidak sedang berselimut gumpalan mendung tebal dan pekat,” pungkas Zaini. (ras/udi).

Sumber: