Demi Anak, Istri Terjerembab ke Jurang Kemusyrikan (6)

Demi Anak, Istri Terjerembab ke Jurang Kemusyrikan (6)

Kegembiraan Laksmi juga diwujudkan dengan rencana mengunjungi Eyang Jostro. Namun setiap Laksmi menyampaikan keinginan ini, Dirham selalu mengaku tidak memiliki waktu. Akhirnya Laksmi berangkat sendiri. Kata Laksmi, dia akan mengajak Nia yang rumahnya pernah ditempati waktu menjalani ritual dulu. Dirham mengizinkan. Dia pikir sehari-dua hari Laksmi sudah kembali. Namun hingga seminggu lewat, Laksmi belum juga pulang. HP-nya tidak dapat dihubungi. Mati plethes. WA yang dikirim hanya centang satu. Merasa hatinya waswas, Dirham memutuskan mencari Laksmi ke Mojoketo. Ke rumah Nia atau ke padepokan. Ternyata teman Laksmi mengaku tidak pernah kedatangan temannya itu. Nia mengaku terakhir Laksmi menginap di rumahnya, beberapa bulan silam. Dirham lantas balik kanan ke padepokan. Di sini pun tidak ada. Begitu juga Eyang Jostro. Tiga murid wong pinter tersebut menjelaskan bahwa Eyang Jostro sudah sepekan lebih pergi. Tapi, tidak satu pun dari mereka yang tahu ke mana kepergian dukun berambut klimis dan rapi ala Leonardo DiCaprio Jay Gatsby ini. Yang dapat sedikit memberi petunjuk malah penjaga warung depan padepokan. Menurut lelaki sepuh berambut gondrong itu, 7-8 hari lalu Eyang Jostro pergi bersama seorang perempuan muda. Cantik. Kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang menjuntai menyentuh pantat, dan—ini yang tidak bisa dilupakan lelaki tua gondrong tadi—matanya seperti bersinar bulan purnama. “Itu adalah gambaran sosok istriku. Tidak salah lagi. Ke mana dukun itu membawa dia?” kata Dirham penuh tanda tanya. Dirham sangat yakin bahwa perempuan yang pergi bersama Eyang Jostro adalah Laksmi. Semua gambaran yang disampaikan penjaga warung depan padepokan dukun lereng Penanggungan tersebut tidak ada yang geseh. Masalahnya, ke mana mereka? Ada masalah lain yang kini membebani pikiran Dirham. Yaitu, kabar bahwa Eyang Jostro tidak lebih dari dukun cabul. Korbannya sudah banyak korbannya. Walau begitu, dukun muda berpenampilan kekinian itu tidak pernah masuk perangkap hukum. Dia selalu bisa berkelit, bahkan pandai mempermainkan oknum-oknum penegak hukum yang mentalnya bisa dilipat-lipat dengan lembaran rupiah. “Informasi ini aku peroleh dari penjaga warung tadi. Dia mengaku sering jadi tempat berkeluh kesah keluarga korban Eyang Josro,” kata Dirham. Informasi penjaga warung tadi spontan membakar hati Dirham. Dia mulai bisa menghubungkan simpul-simpul kecurigaan tentang Eyang Jostro. Masalanya kini, ke mana mencari dukun dan istrinya tersebut? (jos, bersambung)  

Sumber: