Ini Kendala Jamaah Haji yang Sakit, Petugas Kesehatan Indonesia Kunjungi Jemaah Haji Sakit Setiap Hari
Memorandum.co.id - Kepala bidang Kesehatan PPIH Arab Saudi 1444 H dr. M. Imran menjelaskan bahwa jemaah haji sakit khususnya yang dirawat di RSAS tetap membutuhkan dukungan dan monitoring dari tenaga kesehatan Indonesia. “Jemaah haji sakit yang dirujuk ke RSAS akan selalu dikunjungi oleh petugas kesehatan setiap harinya. Petugas ini akan melihat progres pengobatan jemaah hingga memberikan support moril agar jemaah haji tetap semangat menjalani pengobatan hingga sembuh,” ujar dr. Imran. Kegiatan visitasi adalah kunjungan ke jemaah haji yang dirawat inap di Rumah Sakit Arab Saudi untuk mengetahui perkembangan kondisinya. Kegiatan visitasi juga dilakukan untuk memberikan dukungan nutrisi, konsultasi medis, penyiapan kepulangan jemaah pasca rawat inap serta melakukan pendataan jemaah haji yang dirawat. Sementara itu penanggungjawab visitasi KKHI Makkah Dr. dr. Muhammad Sakti menyampaikan bahwa tim visitasi harus melakukan monitor tentang diagnosis, penanganan, hingga jadwal pemulangan dari RS. “Kami harus tahu diagnosis dari dokter RS Arab Saudi yang merawat jemaah haji sakit, penanganan yang diberikan seperti apa, hingga selanjutnya apakah sudah boleh dipulangkan atau perlu penanganan lebih lanjut,” kata dr. Sakti. Lebih lanjut dr. Sakti mengatakan Kendala yang sering dialami yaitu masalah komunikasi terutama kendala bahasa. Kendala bahasa yang sering terjadi yakni dokter yang menangani di RSAS sering kali kesulitan untuk melakukan diagnosis karena pasien tidak mengerti bahasa inggris dan Arab. “Setiap kunjungan, dokter/perawat RSAS sudah menunggu kami untuk membantu mereka menanyakan kondisi kepada pasien. Selain itu kami juga diminta RSAS untuk menjelaskan prosedur penanganan yang akan diberikan kepada jemaah haji sakit,” tutur dr. Satria. Senada dengan hal tersebut, dr. Imran menyampaikan bahwa kendala bahasa ini sudah menjadi problematika dalam proses rujukan dan visitasi jemaah haji sakit ke RS Arab Saudi setiap tahunnya. Saat ini formulir rujukan digunakan dalam dua bahasa yaitu inggris dan arab. “Hambatan yang sering timbul yaitu adanya miskomunikasi antara dokter yang menangani di RSAS dengan jemaah haji kita yang sedang dirawat, sehingga terkadang pasien keluhan pasien tidak tersampaikan dengan baik. Namun alhamdulillah sekarang sudah bisa diatasi dengan dukungan dari rekan penghubung dan penerjemah yang mendampingi,” ungkap dr. Imran. (*/Rdh)
Sumber: