Waspadai Dua Penyakit Yang Sering Menyerang Jemaah Haji Lansia di Tanah Suci
Memorandum.co.id - Jumlah jemaah haji usia lanjut (Lansia) tahun ini lebih banyak dari tahun sebelumnya ini dikarenakan penyelenggaraan haji pertama setelah pandemi COVID-19 dengan pemberlakuan jumlah kuota normal dan tanpa pembatasan umur. Banyaknya jemaah haji Lansia ini menjadi tantangan tersendiri bagi bidang kesehatan dalam memberikan pelayanan yang terbaik bagi jemaah, terutama pelayanan kesehatan bagi Lansia. Dokter Spesialis Penyakit Dalam di KKHI Makkah dr. Arfik Setyaningsih menyampaikan bahwa penyakit kronis yang diderita jemaah haji Lansia seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit paru kronis, penyakit jantung, stroke, pikun/demensia dapat memperburuk kondisi Lansia yang mengalami infeksi paru. “Penanganan infeksi paru pada Lansia, dokter geriatri akan berkolaborasi dengan dokter spesialis paru, dan dokter spesialis lainnya jika ada penyakit kronis lain untuk menetapkan tujuan terapi kepada pasien tersebut. Contohnya saat terjadi infeksi paru-paru maka akan kami berikan antibiotik, obat batuk, oksigenasi dan lain-lain,” ujarnya. “Beberapa pasien Lansia yang kami rawat tidak selalu batuk namun hasil pemeriksaan fisik dan penunjang, pasien terkena infeksi paru-paru,” imbuhnya Selain infeksi paru, dr. Arfik menjelaskan jemaah haji Lansia sering menderita pikun atau penurunan daya ingat. Kondisi ini yang sering dialami jemaah haji Lansia yaitu gelisah, marah-marah hingga mengamuk, tersesat, gangguan tidur, ada juga yang menjadi pendiam dan menyendiri, serta kebingungan. “Selain infeksi paru, banyak ditemui kasus jemaah Lansia pikun di Tanah Suci dimana sebelumnya di tanah air tidak mengalami hal ini. Gangguan pikun akut yang dialami jemaah haji, dalam bahasa medis dikenal dengan istilah delirium,” tutup dr. Arfik (*/Rdh)
Sumber: