PWRI Tulungagung Pentas Ketoprak Kebo Nyusu Gudel, Serial Ande-Ande Lumut
Tulungagung, memorandum.co.id - Pagelaran sandiwara ketoprak lakon Kebo Nyusu Gudel serial dongeng Panji Ande-Ande Lumut versi Tulungagungan. Acara ini kelar dipentaskan beberapa hari lalu oleh Persatuan Wedratama Republik Indonesia (PWRI) dalam acara halalbihalal, sekaligus memperingati Hari Kartini serta Hari Pendidikan Nasional 2023. Ketua PWRI, Bambang Setyo Sukarjono mengatakan, pagelaran ketoprak tersebut bertempat di Gedung SMKN 1 Rejotangan atau SMK Ratu. "Di balik dongeng Panji Ande Ande Lumut tersimpan beberapa pesan moral tentang filsafat nilai kerakyatan keikhlasan, kejujuran, dan menjaga kepribadian dalam pergaulan hidup yang diperlukan bagi siswa / pelajar dalam pembelajaran berbasis pengalaman, atau praktis dalam pendidikan karakter," terangnya, Minggu (14/5/2023). Selain itu, kata Bambang S, diharapkan dapat membantu dinas pendidikan atau sekolah, menyiapkan batik khas daerah ketika disiapkan menjadi bahan ajar muatan lokal (mulok). "Dan menjadi bahan inspirasi bagi para seniman serta pengrajin mengembangkan batik khas daerah dengan corak batik Ande-Ande Lumut," ucapnya. Bambang Setyo Sukarjono menambahkan, di awal 2023 PWRI Kabupaten Tulungagung bersama Dewan Pendidikan Tulungagung, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Tulungagung, dan Pariagung menyampaikan usulan kepada pemerintah daerah, agar batik khas daerah ditetapkan sebagai bahan ajar pada muatan lokal (mulok). "Mulok agar bisa diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di Tulungagung, yang diatur menurut peraturan daerah tentang penguatan pendidikan karakter. Serta peraturan bupati tentang pakaian khas daerah dan batik khas daerah," ujarnya. Menurut Bambang Setyo Sukarjono, usulan tersebut berdasarkan beberapa pemikiran. Pertama batik diakui oleh UNESCO pada tahun 2009 sebagai warisan tak benda yang memiliki nilai seni dan filosofi tinggi. Kedua, selain batik sebagai entitas ekonomi juga sebagai entitas budaya yang memiliki ruang dan spirit tumbuhnya kearifan atau kecerdasan lokal. "Ketiga, ada beberapa corak batik khas daerah Tulungagung seperti Gajah Mada, Gayatri, Ngrawa, Ande Ande Lumut dan seterusnya, yang tentunya di 259 desa se Tulungagung juga memiliki kekhasannya masing - masing," papar mantan orang nomor satu di Dinas Pendidikan Kabupaten Tulungagung itu. Masih menurut Bambang S, apabila hal itu dapat terwujud, maka batik akan menjadi pembuka pintu tumbuhnya kreatifitas dan inventivitas budaya ke arah berkembangnya terus keanekaragaman budaya daerah. Atas dasar pemikiran tersebutlah, maka PWRI dengan keterbatasannya bersama beberapa pihak yang kompeten berupaya menginisiasi, dengan merekonstruksi salah satu dongeng panji. Utamanya setelah diketahui adanya pohon Ande-Ande (Lumut) di Putuk Kendil Rasa Sapen Majan, yang usianya diperkirakan ratusan tahun hingga kini berhasil diawetkan dengan cara disakralkan oleh masyarakat sekitarnya. "Maka pada acara halalbihalal, sekaligus peringatan Hari Kartini dan Hari Pendidikan yang diselenggarakan tanggal 6 Mei 2023 itu, PWRI mengambil kesempatan publikasi menampilkan hasil rekonstruksi dongeng tersebut berupa ketoprak Dongeng Panji Ande Ande Lumut versi Tulungagungan," pungkasnya. Sementara peneliti budaya, Panji Henri Nurcahyo (2015) menerangkan, dongeng Panji berasal dari Jawa Timur bukanlah cerita biasa. Kemudian ditemukan di banyak relief, artefak, lontar dan diberbagai varian/versi ceritera rakyat. Setelah itu penyebarannya sangat luas hingga Asia Tenggara. Selanjutnya menyimpan romantika usaha penyatuan kembali (reintegrasi) pada puncak -puncak kejayaan, kebahagiaan Raden Panji dengan Dewi Sekartaji. Menurut Panji Henri Nurcahyono, ada benang merah antara dongeng panji dengan puncak-puncak peristiwa sejarah penting nusantara. Antara lain berdirinya Borobudur dan Prambanan abad VII setelah diawali dengan keberhasilan perkawinan kontroversi antara Rakai Pikatan (Hindu) dengan Pramudyawardani (Buda). Kejayaan Singasari abad XIII diawali romantisme perkawinan antara cucu Ken Arok (Waning Hyun) dengan cucu Tunggul Ametung (Wisnu Wardana). "Selanjutnya, disusul berdirinya Majapahit diawali romantisme perkawinan antara canggah Ken Arok (Raden Wijaya) dengan canggah Tunggul Ametung (Gayatri). Tempo dulu, dongeng Panji Ande Ande Lumut kelahiran Jawa Timur pernah sangat populer. Maka untuk lebih menarik publik diversikan Tulungagungan. Lebih dari itu, jika diduga kuat berasal /kelahiran Tulungagung yang dulu sebelum 1901 bernama Kabupaten Ngrowo," tuturnya. (kin/mad)
Sumber: