AKBP Hery Purnomo, Anak Tentara yang Enjoy Jadi Polisi

AKBP Hery Purnomo, Anak Tentara yang Enjoy Jadi Polisi

Jember, memorandum.co.id -  AKBP Hery Purnomo menjadi salah satu nama yang masuk daftar mutasi Polri pada akhir Maret 2023. Ia diangkat sebagai Kabagwassidik Ditreskrimum Polda Jatim. Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo melakukan mutasi terhadap sejumlah perwira menengah (pamen) Polri, selain itu terdapat 8 kapolres jajaran Polda Jatim. Hal tersebut tercantum dalam surat Telegram Rahasia (TR) Kapolri Nomor: ST/715/III/KEP./2023 tertanggal 27 Maret 2023, 8 kapolres jajaran Polda Jatim yakni Kapolres Ponorogo, Bangkalan, Pasuruan Kota, Tuban, Madiun Kota, Bondowoso, Jombang dan Jember. AKBP Hery Purnomo adalah lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2001. Menjabat Kapolres Jember selama satu tahun empat bulan. Ia sosok yang  rendah hati dan memiliki prestasi yang tidak bisa diremehkan dalam penyelesaian kasus kerusuhan (Silo) dan pengungkapan pembunuhan serta perampokan. Sebelum menjadi Kapolres Jember, ia menjabat Kasatreskrim Polres Metro Bekasi Kota, Polda Metro Jaya, Pada tugasnya yang baru, Hery Purnomo menjadi Kabagwassidik Ditreskrimum Polda Jatim. Selain itu, sejumlah posisi strategis lain juga pernah ditempati Hery Purnomo, selama berkiprah di Polri. Dari sekian banyak, salah satu di antaranya adalah Kanitreskrim Polsekta Pasar Polresta Jambi Polda Jambi. Menjadi Kanit Iidik Satreskrim Polresta Jambi selama 5 bulan. Setelah diangkat menjadi pama ro SDM Polda Jambi selama 14 bulan. Pernah menjabat sebagai penyidik muda KPK,  penyidik madya KPK. Berlanjut menjadi Pamen Bareskrim (Penyidik Madya Direktorat Penyidikan Deputi Penindakan) Polri. Selain itu pamen Polda Metro Jaya dan menjabat Kasatreskrim Polres Metro Jaktim Polda Metro, Kasatreskrim Polres Metro Bekasi Kota Polda Metro Jaya, dan menjadi Kapolres Jember Polda Jatim sejak 17 Desember 2021. Pria Kelahiran Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, ini dulu bercita-cita ingin menjadi seorang tentara, untuk mengikuti jejak sang ayah. "Dulunya malah pingin jadi tentara, kemudian saat saya daftar Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Dulu kan ada tes psikologi, dan hasil tes psikologi saya ternyata mengarah untuk jadi polisi,"ujar  AKBP Hery Purnomo. "Jadi saya pada masa itu saya masih sangat awam dengan dunia polisi. Soalnya ayah saya juga seorang tentara, jadi saya banyak tahu dan kebetulan tinggalnya di asrama juga, jadi dunia tentara saya lebih tahu pada saat ini," imbuhnya. Namun meskipun dinyatakan tidak lolos jadi tentara, Hery mengaku menerima hasil tersebut dan memutuskan untuk mempelajari dunia kepolisian dengan mengikuti pendidikan AKABRI tahun 1998 hingga dinyatakan lulus 2001. AKABRI yang dimaksud merupakan lembaga pendidikan khusus untuk tentara dan polisi, sebelum Akademi Militer (Akmil) dan Akademi Kepolisian (Akpol) berdiri sendiri. Selama lebih dari 20 tahun jadi bagian dari aparat penegak hukum (APH), Hery mengaku sangat menikmati berkarier di kepolisian. Karena menjalani profesi ini banyak sekali hal baru yang sering ditemukan. "Begitu masuk di polisi, ternyata asyik, saya bisa enjoy. Karena saya bekerjanya lebih banyak di bagian reserse itu banyak hal baru yang bisa saya dapatkan dan saya temui, sehingga menambah pengetahuan dan pengalaman," kata Hery. Selain banyak pengetahuan, Hery mengaku selalu bertemu orang baru dan teman baru. Baik dari internal Kepolisian maupun instansi lain. Sehingga jaringan semakin bertambah. "Dan semua itu bisa saya manfaatkan, saya gunakan untuk mendukung program kerja di kepolisian," tutur. Bapak tiga anak ini menuturkan, seorang polisi yang bekerja di bidang reserse tidak cukup memiliki pengetahuan teoritis. Tetapi juga harus menguasai hal-hal yang sifatnya teknis dan taktis. "Jadi harus menguasai hal teknis dan taktis untuk mengungkap sebuah perkara. Sering kali kami berhubungan dengan pihak eksternal, seperti perbankan, perusahaan komunikasi seperti telkom. Serta beberapa pihak yang memiliki aplikasi digital, untuk mendukung penyidikan dan penindakan," ungkap Hery. Hery menambahkan dalam menangani perkara korupsi, juga berkomunikasi dengan para ahli keilmuan dari beberapa perguruan tinggi, untuk mendukung pengungkapan kasus. "Seperti tenaga ahli dari dosen-dosen ITB, terus ITS, kalau kami menangani kasus korupsi. Kami kan butuh ahli bahasa, ahli kontruksi, ahli hukum dan lain sebagainya. Kami juga bekerja sama dengan beberapa universitas ternama," beber Hery Purnomo Hal-hal semacam itulah, lanjut Hery yang mungkin tidak akan ditemukan di instansi lain. Mengingat, seorang polisi ini bekerjanya bersentuhan dengan masyarakat. "Banyak teman itu sangat penting, karena polisi harus bisa membaca karakter berfikir masyarakat di wilayahnya, dan bisa memahami berbagai macam sudut pandang," jelasnya. Sehingga setiap menangani daerah, Hery mengatakan pendekatan dan penyelesainnya juga berbeda pastinya. Maka dari itu, seorang polisi harus bisa memahami budaya masyarakat. "Pendekatan-pendekatan secara budaya inilah lebih efektif dilakukan, ketimbang menggunakan sistem pemaksaan, karena penanganan perkara yang dipaksa justru akan lebih menyulitkan bagi penyidik," tandasnya. Oleh karena itu, Hery berujar setiap polisi harus bisa memahami kebudayaan di masyarakat, dimana pun dia di tempatkan. Agar suruh persoalan bisa diselesaikan dengan musyawarah dan kekeluargaan. "Kalau seorang polisi tidak dekat dengan masyarakat. Pasti akan sulit untuk menjaga Kamtibmas nya," ungkap nya. Sementara itu, kata Hery, untuk wilayah Kabupaten Jember mayoritas budaya masyarakatnya dari suku Jawa dan Madura. Menurutnya, mereka juga enak diajak komunikasi. "Dan selama ini masih bisa kami kendalikan, karena sebelum masalah itu mengarah pada tindak pidana, sedini mungkin untuk diselesaikan, supaya masyarakat bisa terayomi," katanya. Sementara persoalan warga dengan instansi lain juga, Hery, juga berupaya memfasilitasi keduanya untuk dimediasi. Sehingga api konflik di masyarakat bisa diredam sejak awal. "Alhamdulillah konflik di Silo antar kelompok warga, penambangan batu emas, dan konflik tanah, kalau tidak diambil tindakan secara elegan hanya dengan kekerasan tidak akan menyelesaikan masalah. Harus duduk bareng dari semua pihak untuk mencari akar dari masalah itu," pungkasnya. (edy)

Sumber: