Akhir Nestapa Gadis Kafe yang Pernah Jadi Istri Muda (3)

Akhir Nestapa Gadis Kafe yang Pernah Jadi Istri Muda (3)

Pertengkaran malam itu berlangsung sangat sengit. Itu terus terjadi dari waktu ke waktu. Tiada hari terlewati tanpa perang. Yang paling dahsyat, saat Angga secara tidak terduga memaksa Nindya melayani temannya. Ada ungkapan Angga yang sangat menyakitkan dan tidak dapat diterima oleh Nindya. “Aku tidak menyangka ternyata tubuhmu pernah dinikmati banyak lelaki. Bahkan orang bejat seperti Bandi bajingan itu,” bentak Angga seperti ditirukan Nindya dan diulang Win. Kalimat tersebut berdengung tiada henti dan menampar-nampar hatinya yang akhir-akhir itu mulai terjamah nilai-nilai agama. Dadanya seakan terbelah dan mengucurkan darah kental yang mengalir ke sekijur tubuh. Tentu saja Nindya bisa mengelak hingga pecah perang sengit. “Kamu tidak usah munafik. Aku tahu apa yang kamu pernah lakukan! Aku juga tahu semua tentang kamu!” bentak Angga. Saat itulah Angga menceritakan pengakuan Bandi yang pernah menjadi pelanggan Nindya semasa jadi wanita panggilan. Nindya terbungkam. Diam sejuta bahasa. Sebab, itu adalah kenyataan masa lalu yang tidak mungkin bisa dihapus. Nindya hanya sanggup membuang tubuhnya ke tempat tidur dan menguras air mata. Dia menjerit sekeras-kerasnya sebelum akhirnya terkulai dan tidak sadarkan diri entah berapa lama. Saat siuman, Angga sudah ada di tempat itu. Setelah berpikir cukup lama, Nindya menyimpulkan percuma berdebat dengan Angga. Biarlah dia pergi entah ke mana dengan membawa persepsi yang salah tentang dirinya. Yang penting sekarang dirinya sudah berubah. Dia sudah berhijrah. Nindya memutuskan untuk menggenggap erat-erat dan menggigit dengan geraham hidayah yang sudah masuk dalam hatinya. Nindya bersumpah lebih baik kehilangan lelaki yang pernah dia cintai itu untuk selama-lamanya daripada harus kehilangan hidayah yang mungkin tidak pernah mampir lagi di hatinya. Sejak itu Angga jarang pulang. Lelaki itu kadang hanya muncul saat minta jatah biologis kepada Nindya. “Nindya tidak bisa menolak karena dia masih resmi berstatus istri Angga,” kata Win. Walau dengan sangat terpaksa, Nindya terus melayani Angga hingga dia memiliki keberanian mengajukan gugatan cerai. Tapi sebelum itu, tidak pernah bosan dan malu untuk bertanya tentang pilihan yang dia hadapi. “Selain beberapa tokoh agama dan tokoh masyarakat, dia mencoba konsultasi dengan pengacara. Kebetulan aku yang dia pilih untuk menjawab segala tanya di benaknya,” kata Win. (jos, bersambung)    

Sumber: