Lebaran

Lebaran

Oleh : drh. Puguh Wiji Pamungkas, MM Presiden Nusantara Gilang Gemilang Founder RSU Wajak Husada Salah satu moment yang dinanti-nanti ketika lebaran adalah halal bihalal. Agenda silaturohim bersama saudara dan masyarakat lainnya menjadi moment yang dinanti oleh setiap orang, tradisi yang hanya ada di Nusantara dan sudah mendarah daging di masyarakat Indonesia ini bukan hanya menjadi aktifitas untuk melebur khilaf dan salah antar sesama, akan tetapi juga berdampak terhadap banyak hal termasuk ekonomi, sosial dan politik. Halal bihalal dari akar kata halla-yahillu bisa bermakna 'singgah', 'memecahkan', 'melepaskan', 'menguraikan', dan 'mengampuni'. Acara halal bihalal dimaknai sebagai ajang untuk saling singgah dan menjalin keakraban, memecahkan dan menguraikan masalah bersama, melepas amarah dan kebencian, serta saling mengampuni atau memaafkan kesalahan. Setidaknya ada empat hal pelajaran yang bisa kita ambil pada momentum lebaran kali ini. Pertama, kehidupan yang terus bertumbuh. Ramadan adalah madrasah kehidupan, satu bulan kita ditempa dengan lapar dan dahaga, ketahanan kita akan banyak hal diuji, ketahanan mengelola emosi, ketahanan fisik, ketahanan kompleksitas pekerjaan, ketahanan spiritual, ketahanan kita dalam memberi kebaikan untuk sesama, ketahanan kita untuk senantiasa melayani dan mencintai, ketahanan kita untuk merelakan dan memaafkan serta ketahanan kita untuk sembuh dan bangkit dari krisis ekonomi yang telah melanda negeri ini. Kedua, lebaran sebagai pemersatu bangsa. Situasi sosial, ekonomi, politik dan negara beberapa tahun terakhir ini cukup menyita banyak perhatian. Kontestasi demokrasi dari level pusat sampai desa faktanya banyak menyebabkan komponen anak bangsa ini terpecah karena kepentingan politik. Terlebih tahun ini merupakan tahun politik, dimana semua kontestan dan kandidat sedang berupaya meraih simpati masyarakat. Oleh karenanya gagasan halal bihalal yang dinarasikan oleh tokoh bangsa KH Wahab Chasbullah pada tahun 1948 itu adalah bukti bahwa kecintaan kita terhadap sesama saudara setanah air adalah menjadi hal yang sangat penting dibandingkan dengan yang lainnya. Tali silaturohim itu lebih berharga dari hanya sekedar kepentingan golongan, entitas, politik, suku, daerah dan yang lainnya. Bahwa lebaran dan halal bihalal adalah sarana yang ampuh untuk menyatukan dan mengeratkan tali silaturohim dan persatuan bangsa. Ketiga, meluasnya kemanfaatan pribadi. Esensi dari pelajaran berharga selama Ramadan adalah bagaimanakah kita diajarkan untuk menjadi pribadi yang selalu membawa kemanfaatan bagi banyak manusia di sekitar kita. Bahwa puncak dari paripurnanya seseorang adalah ketika dia bisa bermanfaat bagi manusia yang lainnya. Oleh karena itu momentum lebaran kali ini harus bisa menjadikan diri kita untuk lebih bermanfaat bagi lingkungan sekitar kita, sumber daya yang kita miliki baik ilmu dan harta harus mampu memeberikan dampak kebaikan bagi semua orang yang ada disekitar kita. Keempat, menjaga kehormatan manusia. Lebaran dan halal bihalal mengajarkan kita untuk mengedepankan nilai-nilai respect, trust dan responsible dalam berinteraksi dengan manusia yang lainnya. Respect itu artinya kita menghargai dan mengapresiasi siapapun dengan segala kerendahan hati tanpa ada bayang-bayang status sosial, suku, golongan dan agama. (*)          

Sumber: