Doa dan Iman

Doa dan Iman

Oleh : drh. Puguh Wiji Pamungkas, MM Presiden Nusantara Gilang Gemilang Founder RSU Wajak Husada Pada suatu hari, salah seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Rasulullah menjawab, "Perbanyaklah berdoa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (HR Ath-Thabrani) Begitu dalam makna dari Hadits ini, doa itu bisa dibilang representasi dari harapan dan cita-cita. Idealnya semakin tinggi harapan dan cita-cita maka seharusnya semakin intens juga kita dalam berdoa baik secara kuantitas ataupun kualitasnya. Rasulullah SAW, sahabat dan orang-orang sholeh telah banyak mencontohkan kepada kita, bahwa hampir semua peristiwa penting dan bersejarah itu selalu diawali dengan cita-cita, harapan, angan-angan yang besar, berani dan imposible. Sebut saja perang Badar, Fathu Makkah, ditaklukannya Andalusia, ditaklukannya Konstantinopel dan cerita serta sejarah penting yang lainnya dalam Islam adalah gambaran bahwa doa dan iman merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Sebagai seorang hamba yang harus kita yakini adalah, bahwa ujung dari sebuah harapan adalah Doa. Dan Doa itu adalah keimanan. Terkadang kita sendiri tidak yakin dengan harapan dan doa kita, tidak percaya, menganggapnya berlebihan dan sebagainya. Padahal pesan Nabi sudah jelas, contoh dan teladannya juga sangat gamblang tentang bagaimana sejarah dan semua peristiwa penting dalam sejarah peradaban Islam itu adalah hasil dari memadukan antara harapan, doa dan kegigihan amal. Ramadan adalah momentum bagi kita semua untuk mempertebal keimanan kepada Allah SWT, bahwa tidak ada yang mustahil dan tidak ada yang tidak mungkin bagi Allah SWT atas semua masalah dan harapan yang kita hadapi. Oleh karenanya, perbanyaklah doa, miliki harapan yang besar, imposible dan berani serta kegigihan amal yang terbaik karena itu adalah sebenar-benar Iman. (*)

Sumber: