Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Pilih Berhenti Kuliah Gegara Beasiswa KIP Gagal Cair

Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep Pilih Berhenti Kuliah Gegara Beasiswa KIP Gagal Cair

Sumenep, Memorandum.co.id -  Ratusan mahasiswa STKIP PGRI Sumenep angkatan 2022 memilih berhenti kuliah karena janji mendapat beasiswa penuh program KIP tidak dipenuhi pihak kampus. Informasi dari mantan mahasiswa STKIP, saat pendaftaran pihak kampus meminta seluruh calon mahasiswa mendaftar program Kartu Indonesia Pintar (KIP). Mahasiswa dijanjikan mendapatkan beasiswa yang akan dibagi tiga gelombang. Setelah hampir satu semester dijalani, tidak ada informasi lagi baik soal KIP maupun pembayaran biaya kuliah. Tiba-tiba saat mau daftar ulang semester genap, kampus mengeluarkan edaran seluruh mahasiswa diminta membayar. "Janjinya ada 300 mahasiswa akan dapat, kenyataan tidak seperti itu. Kami diminta bersabar ada gelombang tiga juga tidak ada kabar. Info berikutnya mahasiswa diminta bayar," kata mahasiswi yang enggan disebut namanya. Dia diminta membayar biaya dua semester sebesar Rp 7.400.000. Karena hampir 90 persen mahasiswa yang mendaftar ke kampus dari golongan tidak mampu, akhirnya ratusan mahasiswa itu tidak sanggup membayar biaya yang cukup besar itu. Kampus berinisiatif mengumpulkan orang tua dan wali mahasiswa beberapa waktu lalu. Saat pertemuan pun terjadi debat antara pengelola dan wali serta orang tua mahasiswa karena mereka merasa kecewa kepada kampus. "Di pertemuan itu ada bahasa kurang elok didengar orang tua dan wali mahasiswa," imbuhnya. Buntut kekecewaan yang dirasakan mahasiswa, hampir separuh teman-temannya yang satu kelas memilih tidak melanjutkan kuliah. Mereka berhenti rata-rata karena kurang mampu dan termakan janji kampus yang memberikan iming-iming beasiswa. Pernyataan serupa juga dikatakan oleh mahasiswa lain yang juga mantan mahasiswa STKIP PGRI Sumenep angkatan 2022 jurusan PGSD. Dia mendaftar sebagai calon mahasiswa melalui jalur reguler. Kemudian ada informasi jika mendaftar dan lulus program KIP, mahasiswa tidak dibebani SPP dan mendapat uang saku. Akhirnya ia mendaftar jalur KIP, karena dia dia dijanjikan bebas biaya kuliah meski tidak lulus KIP. "Dari pihak kampus bilang kalau daftar KIP tapi tidak dapat, tidak bayar uang semester, jadi saya waktu itu mutusin buat daftar KIP," ungkapnya. Kenyataannya tidak seperti yang dijanjikan. Saat akan daftar ulang, seluruh mahasiswa diminta membayar biaya semester I-II dan uang daftar ulang. Terlihat di laman Siakad tagihan tertulis Rp 8.800.000. Dengan adanya tagihan itu, ia bersama tujuh temannya memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah di STKIP PGRI Sumenep. "Memang diminta Rp 500 ribu buat saya cukup mahal, karena saya bukan anak orang yang punya," katanya. Meski bisa membayar Rp 500 ribu sebagai cicilan awal, ia diminta menulis surat pernyataan untuk dapat melunasi semua tagihan dalam waktu satu bulan. Berdasarkan keterangan mahasiswa memilih tetap melanjutkan kuliah setiap jurusan perkelas banyak tidak melanjutkan antaranya, Prodi matematika satu kelas yang berhenti 7 mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, (PBSI) sebanyak 15 mahasiswa, PGSD 10 mahasiswa, PPKN 21 mahasiswa. Berdasarkan penelusuran media jumlah keseluruhan mahasiswa STKIP PGRI Sumenep dari 712 sebanyak sekitar 250 mahasiswa diduga berhenti dan pindah kampus lain. "Yang saya tahu setiap Prodi banyak yang berhenti karena tidak dapat KIP dan tidak membayar,"kata salah seorang Mahasiswa STKIP PGRI Sumenep saat sekarang masih aktif kuliah. Sayangnya ketua STKIP PGRI Sumenep Asmoni tidak merespon saat awak media meminta tanggapan melalui pesan Whatsapp-nya terkait banyak mahasiswanya memilih berhenti karena merasa diming-imingi KIP hendak mendaftar ke kampus Tanean Lanjheng. (aan/gus)

Sumber: