Angkat dan Lestarikan Kapal Tradisional, Kesejahteraan Masyarakat Ikut Meningkat
Lamongan, memorandum.co.id - Sebagai project inisiatif permintaan Direktorat Jenderal Kebudayaan untuk dapat melestarikan kapal tradisional, pada Senin (13/3) di Pelabuhan ASDP (Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan) Paciran telah diresmikan 2 kapal karya insan vokasi, yakni Kapal Pencalang 'Putra Sunan Drajat' dan Kapal Belati 'Putri Mayang Madu'. Perakitan kapal ini dilaksanakan melalui kolaborasi dari berbagai pihak, Kapal Pencalang oleh Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dan Kapal Belati oleh SMK Negeri 3 Buduran, bekerjasama dengan industri dan stakeholder yang termasuk di dalamnya Pemerintah Kabupaten Lamongan. Diterangkan Direktur Pendidikan Tinggi Vokasi dan Profesi Benny Bandanadjaya, bahwa alasan dari pembuatan kapal ini adalah karena kapal kayu (tradisional) sudah mulai banyak ditinggalkan. "Kenapa kita membuat kapal ini? yang pertama Direktorat Jenderal Kebudayaan itu memberitahu kepada kita bahwa saat ini kapal tradisional itu mulai kehilangan para pembuatnya. Jadi bagaimana caranya melestarikan atau membudayakan, mendorong anak muda zaman sekarang untuk berpikir yaitu melanjutkan bagaimana caranya membuat kapal tradisional," terang Benny. Selain para pembuatnya yang semakin berkurang, kapal kayu tradisional ini juga memiliki kesulitan yang lebih dibanding kapal modern yang biasanya menggunakan bahan fiber. Kesulitan memperoleh bahan baku kayu yang khusus, hingga kesulitan dalam proses pembuatannya. Beliau juga berharap melalui project ini, kedepannya baik mahasiswa, siswa SMK, maupun industri akan dapat turut mengambil bagian dalam pelestarian kapal tradisional. "Mudah-mudahan ini para mahasiswa beserta dengan industrinya ikut melestarikan bagaimana teknik pembuatan kapal tradisional," tambahnya. Dikatakan Wabup Lamongan Abdul Rouf, bahwa melalui project seperti ini Kabupaten Lamongan dengan wilayah perairan yang luas yakni 902,4 m² ini akan turut terbantu masyarakatnya, utamanya masyarakat di wilayah sekitaran pesisir. Dimana sebagian besar masyarakat ini bermatapencaharian sebagai nelayan, yang masih menggunakan kapal tradisional berbaahan kayu. "Luar biasa kapal yang baru saja dilaunching ini, masyarakat pesisir jadi terbantu dengan produksi kapal tradisional. Selain itu juga turut melestarikan budaya pendahulu kita. Jadi kapal tradisional terangkat dan itu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, utamanya di sekitaran pesisir di Lamongan," kata Wabup Rouf. Pada kesempatan tersebut, dijelaskan pula oleh Direktur PPNS yang juga mewakili SMKN 3 Buduran Eko Julianto, bahwa ukuran Kapal 'Putra Sunan Drajat' ini memiliki panjang 12,2 meter, lebar 4 meter, tinggi 1,5 meter, dengan kecepatan maksimal jika menggunakan mesin yakni 14 knots. "Kalau Kapal 'Putri Mayang Madu' ini memiliki panjang 12,85 meter, lebar 4 meter, dan tinggi 1,65 meter dengan kecepatan 9 knots. Keduanya selesai dalam waktu 6 bulan," jelas Eko Julianto. Di Kabupaten Lamongan sendiri kapal tradisional jenis Belati (dulu juga disebut Kapal Ijon-ijon) hingga saat ini masih tetap diproduksi dan diminati konsumen, yang dalam hal ini adalah masyarakat nelayan. Perahu Ijon-ijon yang terdapat di Desa Kandang Semangkon Paciran ini juga telah ditetapkan sebagai salah satu warisan sejarah tak benda Indonesia. (yy/gus)
Sumber: