Kisah Cinta Seorang Resepsionis Rumah Karaoke (4)

Kisah Cinta Seorang Resepsionis Rumah Karaoke (4)

Yoyok diangkat jadi komadan adalah pangkal kebubrahan rumah tangga Windy. Yoyok jadi sering pulang terlambat, sering ngapusi, bahkan jadi ringan tangan. “Suatu saat uang belanja yang aku terima berkurang cukup banyak. Wajar kan kalau aku menanyakannya? Dia bilang gajinya dipotong untuk cicilan motor,” kata Windy. Waktu itu Yoyok memang nganyari motor. Tapi seiring perjalanan waktu, terungkap bahwa motor tersebut adalah fasilitas kantor yang diberikan kepada komandan wilayah. Yang paling dirasakan Windy adalah perubahan sikap Yoyok di atas ranjang. Pria yang dulu selalu memberinya kehangatan, bahkan terkadang sampai kepanasan, itu berubah dingin. Desahan Windy tak mampu membangkitkan semengat tempur Yoyok. Elusan pun kini tak berarti lagi. Pernah saking kepinginnya, Windy sengaja membangunkan singa yang sidang tidur dengan mengutak-atik senjata pamungkas suaminya. Tapi, apa yang terjadi? Windy malah dikata-katai sebagai perempuan gatel, liar, wanita malam, dll dsb, dst. Windy shock. Padahal, dia hanya meminta haknya sebagai seorang istri. “Salahkah kalau aku minta nafkah batin? Aku wanita normal. Kadag aku butuh itu,” tuturnya diiringi tetesan air dari sudut matanya. Setelah itu dia diam cukup lama. Suami yang tidak lagi hangat di tempat tidur memunculkan aneka tanda tanya bagi Windy. Apakah Yoyok menjadi lemah karena terlalu berat beban kerjanya setelah promosi? Apakah Yoyok terkena penyakit? Atau jangan-jangan Yoyok…? Windy tak berani melanjutkan prasangka-prasangka yang berkelebat di pikirannnya.  Dia mencoba mengedepankan positive thinking menghadapi masalah ini. Windy tak ingin rumah tangganya hancur karena kecurigaan dan ketidakpercayaan. Masalahnya, Yoyok tak pernah bisa diajak omong baik-baik soal ini. Bawaannya emosi melulu. Tidak hanya selalu diam saat diajak ngomong, kini Yoyok semakin jarang di rumah. Suatu ketika Windy mencoba mencari keberadaan Yoyok dengan menelepon kantor pusat perusahaan suaminya. Seorang pria dengan suara berat menjawab di ujung telepon. Dalam pembicaraan itu, dijelaskan bahwa Yoyok adalah anggota yang baik. Dia selalu disiplin dan memegang tanggung jawab. Tidak pernah berbuat yang kurang baik atau berseteru dengan sesama anggota. Setelah menjelaskan kenyataan yang kini terjadi dalam rumah tangganya, Windy berpesan agar orang tersebut menyampaikan pesan kepada suaminya untuk segera pulang. Dua-tiga hari, ternyata Yoyok tak kunjung pulang. Akhirnya Windy memutuskan mencegat Yoyok di kantornya menjelang bubaran kantor. Ditunggu di teras kantor hingga lepas Isya, ternyata Yoyok baru terlihat batang hidungnya. (jos, bersambung)  

Sumber: