Polisi Lakukan Ekshumasi Jenazah Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya

Polisi Lakukan Ekshumasi Jenazah Mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya

Surabaya, Memorandum.co.id - Selain memeriksa 13 saksi, anggota Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya juga akan melakukan ekshumasi terhadap jenazah mahasiswa Politeknik Pelayaran Surabaya korban kekerasan. "Iya akan dilakukan ekshumasi," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Mirzal Maulana kepada Memorandum.co.id, Senin (6/1). Mirzal menjelaskan, ekshumasi dilakukan polisi karena jenazah korban sudah dimakamkan sebelum diautopsi. Berdasarkan keterangan orangtuanya ada luka lebam pada tubuh korban. "Ini yang akan kami dalami," ujar Mirzal. Maka dari itu, akan dilakukan pembongkaran makam agar jenazah korban bisa diautopsi. Rencananya, ekshumasi akan melibatkan tim inafis, forensik, kepolisian setempat, dan keluarga. "Akan melibatkan Tim Forensik, Tim Inafis, kepolisian tempat korban dimakamkan dan tentunya keluarga korban," jelas Alumni Akpol 2004 itu. Sementara itu, pantauan di Unit Resmob penyidik sibuk memeriksa 13 saksi yang disinyalir menemukan dan mengevakuasi mayat korban saat ditemukan bersimbah darah di kamar mandi. Hal itu, dilakukan penyidik untuk mengetahui kronologi sebenarnya yang terjadi, apakah korban tewas dianiaya atau tindakan lain. "Kami juga tengah mengumpulkan sejumlah alat bukti," tandas Mirzal. Sementara itu, Kasi Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Fakih membenarkan ada 13 saksi yang diperiksa guna sebagai bahan penyelidikan untuk mengetahui pelaku dan peranya apa oleh penyidik Resmob Satreskrim Polrestabes Surabaya. "Ada 13 saksi yang diperiksa. Jadi belum ada penetapan tersangka," kata Fakih. Fakih menambahkan, belum diketahui apakah ada dugaan penganiayaan atau tidak karena hasil visum belum keluar. "Informasi penyidik dari orangtuanya memang ada luka lebam di sekujur tubuhnya," imbuh Fakih. Seperti yang diberitakan sebelumnya, Mochamad Yani meradang. Impian untuk melihat anaknya, Rio, lulus dari Politeknik Pelayaran Surabaya pupus usai mendapatkan kabar jika putranya tersebut tewas dengan sejumlah luka di tubuh. Yani menduga, anaknya menjadi korban penganiayaan. Untuk memastikan kematian anaknya itu, Yani melaporkan kasus tersebut ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Gununganyar. Yani datang dengan membawa sejumlah alat bukti. Termasuk foto kondisi korban yang bersimbah darah. "Tadi malam mendapat kabar anak saya meninggal itu jam 10 lebih 48 (22.48). Saya dikabari dokter, kalau anak saya sudah meninggal di rumah sakit (RS) Sukolilo Surabaya," kata Yani ditemui usai melapor di Polsek Gununganyar, Senin (6/2) pagi. Mendapat kabar itu, Yani sontak berangkat mendatangi rumah sakit tempat anaknya sebelumnya dirawat. Setiba di rumah sakit, Yani kaget melihat kondisi korban. Selain darah di hidung, Yani melihat banyak luka memar lain di tubuh korban. "Saya duga, dugaan saya, praduga saya. Mungkin ada penganiayaan ya. Bibirnya bengkak, hidung kanan bengkak. Dahi di kanan kiri sini itu memar, pipi, leher sama dada ini memar gosong-gosong. Mulut itu mengeluarkan darah," imbuh Yani. Sedangkan informasi yang Yani terima saat pertama kali anaknya masuk rumah sakit, hanya terpeleset di kamar mandi. "Kalau penuturan pembina, terpeleset di kamar mandi. Kan tidak mungkin. Makanya saya laporkan sekarang," tandas Yani. (rio)

Sumber: