Fir’aun eh Jokowi di Mata Mbah Nun

Fir’aun eh Jokowi di Mata Mbah Nun

Budayawan M Ainun Najib atau akrab disapa Cak Nun, atau Mbah Nun, terpeleset lidah ketika mengatakan soal Presiden Joko Widodo dalam sebuah acara. Akibatnya, kata atau kalimat yang diucapkan ayahnya Sabrang –pentolan grup band Letto, itu, menjadi gempar. Di dunia maya disebut viral. Seloroh Cak Nun berkalimat pendek “Fir’aun yang namanya Jokowi” langsung mendapat hujatan warganet. Bak sederas hujan lebat di Januari ini. Kalimat itu disampaikan berkaitan pemilu (pemilihan umum) 2024. Tak hanya Jokowi yang disebut Cak Nun, LBP (Luhut Binsar Panjaitan) pun ikut disebut sebagai Haman dan Anthony Salim sebagai Qorun. Tentu seloroh suami penyanyi era 90 an Novia Kolopaking ini kian berarti akibat disiarkan di dunia maya yang tak akan pernah hilang jejak rekam digitalnya. Alhasil, cibiran, hujatan, dan sindiran bahkan kemarahan pendukung Presiden Joko Widodo bagai gelombang tsunami yang tak putus disuarakan. Satu demi satu bermunculan dengan pernyataan dan perkataan yang seolah-olah dunia mau runtuh. Tegasnya, barisan pendukung Jokowi tidak rela akibat “meledaknya” kalimat Mbah Nun ini. Tak hanya itu, sampai ada yang berucap dan berniat melaporkan Cak Nun ke ranah hukum dengan alasan menghina. Cak Nun kemudian sadar. Sosok yang pamornya melejit di era lengsernya Presiden Soeharto ini meminta ampun kepada Allah SWT dan maaf. Tapi kata maafnya tidak ditujukan secara khusus pada seseorang atau siapa pun tapi bagi siapa pun yang merasa tidak enak dan menjadi menderita akibat ucapannya. Sikap permintaan maaf Cak Nun itu bisa jadi dinilai pendukung Jokowi tidak tulus meski ada yang bilang tulus gaya budayawan permintaan maaf seperti itu. Tapi apa iya semua masyarakat negeri “Kolam Susu” ini sepakat dengan pendukung Jokowi yang jelas-jelas marah dan membalas menghujat Cak Nun? Dapat dipastikan tidak. Di sebelah (masyarakat lain negeri ini) masih ada yang suka dengan perilaku Cak Nun yang di eranya disebut kiai mbeling. Kelompok ini menilai dan menganggap tindakan Cak Nun masih wajar akibat kondisi negeri belakangan (pascapandemi Covid-19) yang secara perekonomian belum kembali normal. Apalagi negeri ini memang heterogen hingga perbedaan pendapat adalah sesuatu yang tak perlu dijadikan alasan untuk menghebohkan. Nah, kalau kemudian kita kembalikan pada dasar negara Indonesia yakni Pancasila, bisa jadi Cak Nun kali ini sedang mengingatkan kita semua kalau Presiden Joko Widodo adalah manusia biasa yang akhir-akhir ini cenderung dielu-elukan dan dianggap selalu benar dan dipuji setinggi-tingginya. (Mungkin juga) Cak Nun menjadi takut melihat pandangan masyarakat atau rakyat Indonesia terhadap Jokowi seperti ini yang bisa saja dinilai menjurus ke kultus pribadi. Mungkin! Jadi, belajar dari “aksi” ini sejujurnya koridor penilaian harus pada proporsi Pancasila yang sudah mengajarkan kita tentang ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan, dan keadilan. Pun, Pancasila secara tegas mengajarkan berbeda tetapi tetap satu. Bhineka Tunggal Ika. Dan ini sudah dicontohkan oleh anak Jokowi, Gibran, yang ogah menanggapi serius kalimat Cak Nun.(*)

Sumber: