Bintang Terang Mahasiswa yang Sopir Arisan Sosialita (6)

Bintang Terang Mahasiswa yang Sopir Arisan Sosialita (6)

Krisna kamitenggengen melihat Nitha dengan pakaian tidurnya. Matanya tidak mudah beralih pandangan. Penjelasan Nitha hanya lewat begitu saja masuk kuping kiri dan keluar kuping kanan. “Ngerti yang Mbak katakan?” tanya Nitha membuyarkan angan-angan dan pikiran negatif Krisna. Krisna klincutan dan mengangguk sambil tersenyum. “Kalau begitu istirahatlah. Besok kita bisa melakukan aktivitas liburan kita. Kalau ada apa-apa, kontak Mbak lewat telepon itu atau ketuk pintu ini,” kata Nitha sambil menunjuk pesawat telepon di samping ranjang.” Malam itu Krisna tidak bisa tidur. Kancilen? Bukan. Tapi berpikir kuatkah dia bertahan tidak tergoda melakukan hal-hal negatif sampai kepulangan mereka ke Surabaya nanti? Begitu berat godaannya. Hem… Beragam kemungkinan yang bisa terjadi hilir mudik di benaknya. Mulai dari yang logis hingga yang tidak masuk akal. Apa saja, sampai-sampai pikiran Krisna lelah dan akhirnya terlelap. Krisna tersentak dibangunkan alarm jam tangan yang digeletakkan di meja kecil samping ranjang. Sudah pukul 03.00. Bergegas dia melakukan rutinitas sepertiga malamnya, dilanjut salat Subuh. Setelah selesai, Krisna berganti pakaian olahraga dan hendak mencari keringat seperti biasa. Ketika membuka tirai sebelum membuka pintu be balkon, dia melihat Nitha sedang mengggelia-liat eksotis. Rupanya sedang beryoga. Krisna terpesona. Bukan hanya karena Nitha yang terlihat amat seksi dibungkus pakaian ketat sewarna kulit, melainkan juga karena liukan-liukan tubuh perempuan jelang paruh baya itu yang menawan. Setelah menyadari dirinya yang kembali terhipnotis oleh pesona Nitha, Krisna berjuang untuk menutup korden dan mulai melakukan aktivitasnya sendiri berlari-lari di tempat dan senam. Pukul 06.00 Nitha meghubungi Krisna dan minta agar bersiap-siap sarapan di kafe. “Sepuluh menit lagi kutunggu di depan pintu kamar,” kata Nitha. Seperti yang disepakati, mereka bertemu di depan pintu kamar untuk bersama-sama menuju kafe. Setelah beristirahat secukupnya, kedua pasangan yang tampak seperti bersaudara ini menelusuri destinasi-destinasi wisata di Papua Barat. Dari hotel di seputar Bandara Marinda, Nitha kali pertama mengajak Krisna ke Taman Nasional Teluk Cendrawawih. Taman laut terluas di Indonesia dengan beragam spesies ini menyita waktu mereka hingga seharian. Aktivitas yang paling Krisna nikmati dan tidak akan mudah dia lupakan adalah berenang bersama hiu paus. Dan yang mengasyikkan, bukan hanya berenang bersama hiu paus, tetapi juga berenang bersama Nitha yang sangat manja. Yang sesekali menggoda Krisna dengan menggelitik pinggangnya. Mereka menutup aktivitasnya hari itu dengan mandi air panas, yang lokasinya masih di taman laut dengan sajian berjuta pesona ini. Rencana ke destinasi wisata yang lain terpaksa ditunda karena mereka terlampau lelah. Baru pada hari kedua, ketiga, hingga hari keenam, mereka menghabiskan waktu di lokal-lokal wisata lain, seperti Pegunungan Arfak, Pagoda Sapta Ratna, Taman Burung Airmas, Pulau Matan, Danu Framu dll. Pada hari terakhir di Papua Barat, Nitha memberi kejutan yang sama sekali tidak diduga Krisna sebelumnya. Kebetulan hari itu adalah hari bersejarah Krisna. Nitha memberi kejutan yang tidak bakal bisa dilupakan Krisna sampai akhir hayat. (jos, bersambung)  

Sumber: