Pimpinan Dewan Apresiasi Film Soera Ing Baja, Scene Bung Tomo Bikin Merinding

Pimpinan Dewan Apresiasi Film Soera Ing Baja, Scene Bung Tomo Bikin Merinding

Surabaya, memorandum.co.id - Film dokumenter drama (dokudrama) bertajuk Soera Ing Baja: Gemuruh Revolusi 45 mendapat apresiasi banyak pihak. Kesan positif itu salah satunya disampaikan oleh Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Reni Astuti. Reni berpendapat, film yang mengisahkan tentang pertempuran di Surabaya pada masa pendudukan kolonial tahun 1945 itu heroik. Arek-arek Suroboyo dengan gagah berani mengusir penjajah hingga mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. "Film Soera Ing Baja Gemuruh Revolusi 45 ini melalui kajian sejarah yang sangat mendalam. Film ini mencerminkan, ini loh sejarah Kota Pahlawan," kata Reni dengan antusias, Selasa (3/1/2023). Film berdurasi 60 menit itu telah tayang pada Senin (2/1/2023) kemarin. Reni Astuti tak ketinggalan dalam pemutaran perdana di XXI Tunjungan Plaza I. Dia tampak menyaksikan dengan seksama bersama barisan Forkopimda Surabaya. Salah satu scene yang membuat Reni terkenang sekaligus merinding yakni, momen Bung Tomo menggelorakan api semangat juang. Kala itu, Bung Tomo menyerukan kata-kata heroik melalui radio. Siaran Bung Tomo itu melanglang ke berbagai radio di Surabaya. Mengajak arek-arek Suroboyo, santri, dan barisan Pemuda Republik Indonesia (PRI) teguh melawan penjajah. Bung Tomo dengan jihad radio tersebut kemudian mampu membakar semangat warga Surabaya untuk bertempur. Sembari sesekali memekikkan "Allahu Akbar! Allahu Akbar!" dan kalimat "Merdeka atau Mati." "Scene paling merinding itu pada saat Bung Tomo menggelorakan semangat ke arek-arek Suroboyo untuk bertempur, mengajak seluruh masyarakat untuk bersatu mengusir penjajah," ungkap Reni. "Kata-kata yang diserukan Bung Tomo itu sangat pas, memiliki makna yang sangat mendalam, dan mampu mengobarkan semangat jiwa patriotisme arek-arek Suroboyo. Dari situ kita juga bisa melihat bahwa ajakan Bung Tomo diiringi dengan kemampuan komunikasi yang sangat luar biasa. Jiwa kepahlawanan Bung Tomo sangat terlihat. Yang itu kemudian bisa mengajak warga untuk gigih bertempur bersama," sambung politisi PKS ini. Pada scene film yang lain, masih membekas di benak Reni bahwa perang yang berlangsung selama lebih dari 3 minggu itu memperlihatkan kisah heroik yang gamblang. Ternyata, ada banyak pejuang yang harus rela meninggalkan keluarganya, anak dan istrinya untuk melawan penjajah. "Ini sisi yang saya kira, seluruh perempuan, pasti tersentuh melihatnya," tandas Reni. Reni berharap, film Soera Ing Baja: Gemuruh Revolusi 45 dapat segera dipertontonkan secara masif kepada para generasi penerus bangsa. Terutama siswa SD dan SMP di Surabaya. Film ini, dikatakan Reni, telah memberikan gambaran sejarah yang gamblang. Dengan melihat film Soera Ing Baja: Gemuruh Revolusi 45, maka secara otomatis jiwa generasi muda metropolis akan terpatri rasa kepahlawanannya dan semakin mencintai Surabaya. "Memaknai film ini, moga-moga menjadi gemuruh bagi kita semua di masa kini untuk mengentaskan masalah kemiskinan, menjadi gemuruh untuk menuntaskan masalah-masalah yang ada Surabaya. Jadi film ini maknanya sangat luas, tidak hanya menonton lalu selesai, tetapi ada pesan bagi kita untuk bisa menterjemahkan di era saat ini," tuntas Reni. (bin)

Sumber: