Pelajar Surabaya Terjerat Narkotika, Dispendik: Faktor Lingkungan Kurang Baik
Surabaya, memorandum.co.id - Peredaran narkoba terus mengancam pelajar di Surabaya. Tiga SMP yang meminta asesmen kepada Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Surabaya tercatat ada 21 pelajar yang mengkonsumsi narkoba jenis sabu dan pil dobel L. Bisa jadi, di SMP lainnya yang belum terdeteksi jumlahnya jauh lebih banyak. Hal ini lantas menjadi atensi banyak pihak. Bukan hanya sekolah saja, tetapi peran dari pemkot, orang tua, dan aparat penegak hukum (APH) diharap lebih intens mengawasi laju pertumbuhan para calon generasi emas ini. Sekretaris Dinas Pendidikan (dispendik) Surabaya Ida Widayati mengatakan, pihaknya terus menggencarkan program Sosialisasi Dinamika Remaja di sekolah-sekolah untuk meminimalisir angka pengidap narkoba di kalangan pelajar. Program ini dilangsungkan dengan melakukan kolaborasi bersama stakeholder. Mulai dari dispendik, DP3A-PPKB, akademisi, NGO, BNNK, sekolah, dan lain sebagainya. "Kita sudah bekerja sama untuk melakukan pencegahan terhadap hal-hal semacam ini. Program tersebut sampai saat ini masih berjalan. Namanya Sosialisasi Dinamika Remaja. Kegiatan ini memberikan sosialisasi ke siswa SD, SMP, bahkan pesantren mengenai bahaya narkoba, pergaulan bebas, internet sehat, dan semacamnya," terang Ida, Senin (2/1/2023). Sedangkan ditanya soal masih tingginya pelajar Surabaya yang terjebak dalam narkoba, dikatakan Ida, hal tersebut tak terlepas dari faktor lingkungan tempat tinggal. Karena itu, pihaknya mengajak orang tua untuk intens memantau tumbung kembang anaknya. Dengan begitu, anak-anak tersebut dapat dicegah sedini mungkin. "Salah satunya faktornya itu karena lingkungan yang kurang baik. Bahkan anak yang terindikasi narkotika merupakan pelajar yang bersekolah di sekitar Jalan Kunti (kawasan yang terkenal sebagai Kampung Narkoba, red)," urainya. "Jadi upaya pencegahan itu tidak bisa hanya pihak sekolah saja, namun diperlukan juga peran dari orang tua untuk mengawasi anak-anaknya. Apakah ada perubahan perilaku, apakah ada perubahan fisik, nah itu harus intens untuk dipantau," tambah Ida. (bin)
Sumber: