Napi Lowokwaru Diajari 17 Keterampilan Bakat dan Minat
Kalapas Lowokwaru Heri Azhari (kaos putih) memberi keterangan pers. Malang, memorandum.co.id - Para warga binaan pemasyarakatan (WBP) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) kelas 1 A Lowokwaru Kota Malang diajari sejumlah keterampilan kemandirian bakat dan minat para WBP. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Malang Heri Azhari menerangkan, ada 17 pelatihan kemandirian keterampilan bakat minat. Tentunya, hal itu untuk memberi bekal keahlian, jika nantinya sudah bebas dan kembali ke masyarakat. Minat dan bakat itu, bisa diikuti oleh seluruh warga binaan, tanpa seleksi khusus. Beberapa kemandirian itu, mulai mencukur rambut, laundry, melukis, budidaya jamur, bertani, bengkel, kerajinan, potong rambut dan beragam lainnya. "Sebelumnya, hanya ada sekitar 13 sub minat dan bakat. Kemudian kita perbanyak, supaya WBP lebih banyak pilihan untuk mengikuti kegiatan keterampilan yang ada," terang Kalapas, kemarin. Menurutnya, dengan berbagai pelatihan keterampilan itu, penting untuk membangkitkan semangat dan optimisme para WBP. Terutama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagai bekal para WBP ketika bebas nanti. Diharapkan memudahkan untuk mendapatkan pekerjaan atau membuka usaha sendiri. Untuk itu, Lapas juga bekerjasama dengan beberapa lembaga pelatihan keterampilan. Bahkan, sampai tahun 2022, telah memberikan sertifikat kepada 360 dari jumlah ribuan WBP. "Jumlah WBP 3.166. Sekitar 600 diantaranya masih berstatus tahanan. Sekitar 700 - 800 ikut pondok pesantren. Sisanya kita arahkan dan dorong untuk minat dan bakat," katanya. Lebih lanjut, Heri menerangkan, salah satu kegiatan seperti di New Pojok Kuliner, para WBP dilatih membuat beragam makanan dan minuman. Seperti tahu telor, nasi goreng, kwetiaw goreng, onde-onde, minuman kopi dan lainnya. Sedangkan kopi, berasal dari Malang, Bali dan Aceh. Selanjut, kita roasting (penggilingan) sendiri, dengan menyortir dulu biji kopinya. Dalam minat dan bakat, juga ada budidaya jamur tiram. Setiap harinya, bisa menghasilkan sekitar 30 kilogram dan dipasarkan ke warung-warung makan. Yang terpenting, para WBP bisa teruji dan tidak kalah dengan yang di luar. (edr)
Sumber: