Pemkot Surabaya Beri Perhatian Anak Terjerat Prostitusi

Pemkot Surabaya Beri Perhatian Anak Terjerat Prostitusi

Surabaya, memorandum.co.id - Dua anak di bawah usia 17 tahun, N dan A, yang terjaring operasi oleh jajaran Satpol PP Kota Surabaya beberapa bulan yang lalu, kini telah mendapatkan penanganan dan perhatian dari Pemerintah Kota (pemkot) Surabaya. Saat ini, kedua anak tersebut dibina di Liponsos Keputih. Sebelumnya, N dan A terlibat dalam praktik prostitusi. Mereka memiliki latar belakang masalah yang berbeda. N ditinggal oleh kedua orang tuanya lalu diajak perempuan tidak dikenal dari Bungurasih ke Kembang kuning. Sedangkan A dipekerjakan sebagai pengamen jalanan. "Kami telah memberikan intervensi dengan diberikan pendampingan secara psikologis. Selain itu, juga dilakukan pembinaan, sehingga nanti tidak terperosok lagi ke lingkungan yang berdampak negatif," kata Wakil Wali (wawali) Kota Surabaya Armuji, usai menengok kondisi N dan A di Liponsos Keputih, Sabtu (17/12). Wawali Armuji mengungkapkan, Pemkot Surabaya melalui dinas sosial dan satpol PP telah melakukan pendataan. Selanjutnya akan dilakukan koordinasi lintas sektor untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali. "Apapun alasannya tidak dibenarkan melakukan hal yang bertentangan dengan norma sosial dan hukum yang berlaku. Pemkot Surabaya telah banyak memberikan dukungan terhadap anak usia sekolah agar bisa mengenyam pendidikan, diantaranya melalui pendidikan gratis," papar politisi PDI-P yang karib disapa Cak Ji ini. Cak Ji juga memerintahkan agar diberikan pelatihan keterampilan bagi N dan A. Harapannya, dapat memiliki bekal untuk bertahan hidup kelak. Beberapa jenis pelatihan yang dapat diikuti diantaranya menjahit, membuat kue, hingga kursus-kursus singkat yang bekerja sama dengan berbagai pihak. "Permasalahan kota selalu ada, kita tidak bisa menghindar. Namun kejadian ini mengingatkan kita semua untuk senantiasa meningkatkan kepedulian di sekitar kita," imbuhnya. Berangkat dari sini, Cak Ji mengimbau kepada seluruh camat dan lurah agar mendata warga yang putus sekolah untuk dilakukan pembinaan. Setelah itu, dilakukan klasifikasi penyebab putus sekolah. Disebabkan oleh faktor ekonomi atau memang kemauan sendiri. "Dengan data yang valid, kita mampu merumuskan langkah yang tepat," tandas wawali. Di sisi lain, pihaknya juga memastikan bahwa penanganan terhadap Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosisal (PMKS) di Surabaya sudah on the track. Rata-rata PMKS di liponsos, terutama Liponsos Keputih didominiasi oleh warga luar Kota Surabaya. (bin)

Sumber: