Wawali Surabaya Datangi Rumah Warga yang 4 Tahun Tak Teraliri listrik

Wawali Surabaya Datangi Rumah Warga yang 4 Tahun Tak Teraliri listrik

Surabaya, memorandum.co.id - Wakil Wali (Wawali) Kota Surabaya, Armuji merespons masalah sosial yang dialami oleh warganya, yakni, pasangan Rozi (23) dan Ayu (20) yang hidup tanpa aliran listrik selama 4 tahun. Wawali Armuji meninjau ke rumah keluarga muda itu di Jalan Gubeng Kertajaya 5D Nomor 16A, Kelurahan Airlangga, Kecamatan Gubeng, Senin (12/12). Dia didampingi jajaran dinas sosial, kecamatan, kelurahan, dan pihak PLN. Di lokasi, Armuji menjelaskan bahwa selain hidup tanpa aliran listrik, ada beragam persoalan yang dirasakan oleh keluarga dengan dua orang anak yang masih balita itu. Di antaranya mulai dari perlunya intervensi rutilahu, pembuatan akta kematian nenek Ayu, dan pengajuan akta kelahiran dua anak Rizal dan Ayu. “Langsung pihak kecamatan mengecek dan menerbitkan akta kematian neneknya serta pengajuan akta kelahiran anak dari Mbak Ayu," kata Armuji. Di sisi lain, Armuji menegaskan bahwa anak dari Ayu tidak mengidap stunting. Puskesmas Mojo telah melakukan pendampingan secara berkala. Perihal listrik yang menunggak, pihaknya telah berkomunikasi dengan PLN untuk memberikan kemudahan. "Memang ada tunggakan dan pelanggaran sebelumnya. Oleh karena itu, kami minta kebijakan dari PLN untuk menyambungkan kembali aliran listrik ke rumah Ayu," tegas politisi PDI-P yang akrab disapa Cak Ji ini. Cak Ji juga memberikan apresiasi terhadap kinerja Kader Surabaya Hebat di wilayah Gubeng. Dirinya berharap, segenap elemen mampu bekerja sama dan saling gotong royong mengurai permasalahan yang terjadi di masyarakat. Seperti diberitakan sebelumnya, sejak empat tahun yang lalu, tepatnya mulai April 2018, rumah di Jalan Gubeng Kertajaya 5D Nomor 16A itu tak lagi teraliri dengan listrik. Alhasil, keluarga yang tinggal di rumah itu hidup dalam kegelapan dan kesunyian. Tak ada kipas angin. Tidak ada televisi. Bahkan menanak nasi masih menggunakan dandang dengan panas api dari kompor. Pengalaman hidup pilu ini dirasakan oleh Rozi dan Ayu bersama dua putra-putrinya yang masih balita. DA berusia 2 tahun dan DI yang menginjak 3 tahun. Lalu, ada pula adik kandung Rozi yang tinggal di sana. Total, lima orang sekeluarga. Selain tak teraliri listrik, rumah pasangan muda itu juga tak dilengkapi pipa PDAM. Mereka merogoh kocek Rp 30 ribu ke tetangga agar bisa mendapat asupan air bersih. Ayu bercerita, rumah yang kondisinya mulai reyot itu merupakan peninggalan orang tuanya. Namun, orang tua Ayu sudah lama bercerai. Kini, si ayah berada di Sidoarjo. Sedangkan sang ibu tinggal di Kalimantan. Meninggalkan rumah sudah lebih dari setahun yang lalu. Sejatinya, rumah berukuran 5 meter x 15 meter itu pernah teraliri listrik pascabayar. Namun diputus PLN. Sebab, ada tunggakan yang mencapai puluhan juta. Lalu, juga pernah dipasang token listrik. Namun hanya bertahan sebulan. Kemudian diblokir. Lantaran tunggakan listrik pascabayar melewati batas waktu pembayaran. “Pernah ada listrik. Tapi karena ada tunggakan banyak, jadi diputus. Mama sama ayah saat itu pernah nyicil, tapi terus nggak kuat, akhirnya nunggak lagi. Sampai sekarang belum dibayar, karena nggak punya uang sebanyak itu,” urai Ayu. (bin)

Sumber: