Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (7)

Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (7)

Memorandum akhirnya berniat hendak memberanikan diri menelepon Susi dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi vs Aguk. Tapi sebelum niat tersebut kesampaian, Susi mendahului menelepon. Dia minta maaf karena merepotkan. “Merepotkan apa Dik Susi? Kita kan sudah seperti keluarga. Gak ada repot-merepotkan.” Susi diam sejenak. Kemudian, “Ini soal Mas Aguk. Sampai sekarang beliau belum juga pulang.” “Lho. Sebenarnya ada masalah apa sih di antara kalian?” Susi terdengar mengambil napas panjang. “Sebenarnya maksudku baik, Mas. Sejak anak semata wayang kami meninggal, kulihat Mas Aguk sering melamun. Aku sendiri tidak bisa memungkiri, hampir setiap saat selalu terbayang-bayang anak kami tersebut,” kata Susi. Selanjutnya Susi menyatakan sangat menyesal karena tidak mungkin lagi dapat memberikan anak untuk Aguk. Sebab, kondisi kesehatannya tidak memungkinkan untuk hamil lagi. Akhirnya Susi memutar otak untuk menghadapi masalah ini. Dan, kalau mungkin, mencarikannya solusi terbaik. Sebab, akhir-akhir ini sikap Aguk dirasakan Susi amat berbeda dari biasanya. Sering menyendiri dan agak mudah uring-uringan. “Aguk sering sharing sama aku. Maaf, hampir semua masalah dikonsultasikan ke aku,” kata Memorandum menyela perkataan Susi. Kujelaskan bahwa selama berteman dengan Aguk, Memorandum sama sekali tidak pernah mendengar keluh kesah Aguk soal anak. Jadi, Susi tidak perlu merasa bersalah untuk masalah yang satu ini. “Mas Jos sih tidak setiap hari bergaul dengan Mas Aguk,” potong Susi. Menurut Susi, akhir-akhir ini Aguk sering melamun. Pandangannya kosong. Bila diajak ngomong sering tidak nyambung. Kondisi ini menimbulkan tanda tanya di hati Susi. Ada apa? Makanya dia selalu mendesak Aguk dengan pertanyaan yang sama ketika lelaki ini terbenam dalam kesendiriannya. “Setiap aku desak, dia selalu menyatakan ingat anak kami yang sudah tiada.” Jawaban ini sangat menohok dada Susi. Dia merasa bersalah karena tidak mungkin lagi memberikan anak sebagai pengganti anak semata wayang mereka yang sudah tiada. Andai ada jalan untuk mendapatkan anak tersebut, segala jalan akan Susi tempuh. Mendengar alasan Aguk, seperti yang disampaikan Susi, hati Memorandum berdetak. Sebab, Memorandum yakin seyakin-yakinnya bukan itu alasan yang sebenarnya mengapa Aguk menyendiri. Dugaan Memorandm, Aguk sering melamunkan Lia. Walau meyakini ini, Memorandum tidak mungkin membuka masalah ini kepada Susi. “Mas Jos ingat Lia? Keponakanku. Kita pernah mendatangi pernikahannya. Waktu itu kami minta tolong Mas Jos menjadi wakil keluarga pada sambutan resepsi pernikahaanya?” “Ya. Ingat. Kenapa?” Memorandum bertanya demikian disertai perasaan waswas Susi mengetahui perselingkuhan Aguk vs Lia. Kalau memang benar demikian, entah apa yang terjadi. (jos, bersambung)  

Sumber: