Warga Ngelom Bergolak, Demo Pasar Unggas Sepanjang
Sidoarjo, Memorandum.co.id - Ratusan warga Ngelom, Kecamatan Taman demo manajemen Pasar Sepanjang. Mereka memprotes pemotongan unggas di pasar Sepanjang yang tidak memenuhi kaidah kesehatan. Bahkan limbah pemotongan unggas juga dibuang di Kali (sungai) Mir yang membuat bau busuk, pencemaran lingkungan warga Ngelom. Dampak lain, limbah pemotongan unggas sampai ke wilayah Wonocolo, Bebekan hingga Ketegan, yang di bawah melalui aliran kali Mir. Koordinator aksi, Dadang Fauzi menegaskan, keresahan warga memuncak. Karena hingga saat ini, tidak ada solusi dari penggelola pasar, bahkan Pemkab Sidoarjo. “Kami menjadi korban pencemaran lingkungan dampak pemotongan unggas di lingkungan pasar Sepanjang,” tegas Dadang Fauzi. Tidak ada solusi, membuat warga marah dengan menggelar aksi di depan pemotongan unggas Pasar Sepanjang. Warga menenteng sejumlah poster bertuliskan pasar jangan dikotori, lihatlah akibat ungasmu, pasar ungas bikin kotor, potong ungas harga mati pindah, pokoke tutup RPH Unggas. Dalam aksinya massa menggelar tahlil dan doa, agar Pemkab Sidoarjo dibuka hatinya untuk memberikan solusi. Sebab dampak pencemaran bau, pencemaran air, dan udara membuat warga terus terganggu. Sebab limbah pemotongan unggas dibuang ke Kali Mir yang bersebelahan dengan pemukiman padat penduduk. Pihak pasar Sepanjang tidak memperhatikan dampak lingkungan. Hanya mengejat pendapatan asli daerah (PAD). Sebelumnya, Nanang Kosim tokoh Kelurahan Ngelom menyampaikan, kondisi lingkungan warga dekat pasar Taman sudah sangat parah. Apalagi aktivitas pemotongan unggas di Pasar Sepanjang sudah berlangsung puluhan tahun tanpa sanitasi lingkungan yang baik. Warga menuntut lokasi pemotongan unggas ditutup dan relokasi. “Harus ditutup, agar lingkungan kami tidak lagi tercemar,” terang Nanang Kosim pada Memorandum.co.id. Warga berharap lokasi pemotongan unggas ditutup, dan direlokasi ke pasar Puspa Agro. “Tuntutan warga tutup pasar unggas dan tutup pemotongan unggas pasar Sepanjang,” ujarnya lebih tegas. Nanang Kosim melanjutkan, protes warga sebenarnya sudah lama. Namun tidak ada perhatian Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. (day) Selain itu, lokask pasar unggas juga berdekatan denhan makam wali mbah Dirjo Joyo Ulomo. Kondisi semakin tidak nyaman, karena lokasi makam juga ikut tercemari. Lanjut Nanang Qosim, sejauh ini warga sudah berkomunikasi dengan jajaran Pemkab Sidoarjo, mulai Kelurahan Ngelom, Kecamatan Taman, DPRD Sidoarjo, namun tidak ada solusi. “Kami berharap pemotongan unggas, dan penjualan unggas direlokasi ke Puspa Agro yang memiliki lahan luas. Silahkan berjualan unggas yang sudan dipotong dan siap jual. Sehingga lingkungan kami tidak lagi tercemar,” tegas dia. Selain itu, saat musim hujan, warga sekitar pasar Taman semakin tersiksa. Karena limbah di sungai Mir selalu banjir dan masuk ke rumah warga. Bahkan, sering kali di aliran sungai Mir penuh limbah yang juga terdapat ribuan belatung. Apalagi lokasi pemotongan unggas juga sangat dekat dengan makam wali. Masyarakat sekitar menyebutnya, makam Mbah Dirjo Joyo Ulomo, sesepuh warga sekitar. Sejumlah warga lainnya, menyampaikan tidak adanya solusi menunjukkan bahwa komunikasi Pemkab Sidoarjo masih buruk terhadap warga. “Kami sudah lama berkomunikasi dengan pemerintah. Namun tidak ada solusi,” tegas dia. Warga sekitar pasar berencana menggelar aksi massa. Karena buntunya komunikasi mereka dengan Pemkab Sidoarjo. (day)
Sumber: