Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (1)

Riak Rumah Tangga Wartawan yang Ngeri-Ngeri Sedap (1)

Ini kisah tentang mantan wartawan yang kini menjadi legislator di wilayah Jatim selatan. Suatu hari Memorandum bertemu teman tersebut, sebut saja Aguk, di Pengadilan Agama (PA) Surabaya. “Antar aku ke tempat pijat,” kata Aguk, yang hari itu diminta temannya menemani sidang perceraian. Sidang itu baru saja usai. “Aku tidak biasa pijat.” “Aku tahu. Hanya ngantar. Yang fasilitasnya lengkap.” “Aku tidak tahu tempatnya.” “Aku tahu. Aku hanya minta kau menemani. Sementara aku pijat, kau bisa makan-makan atau sekadar berendam air panas. Cocok untuk kamu. Mantan stroke.” Memorandum tidak bisa menolak karena langsung digelandang masuk mobilnya, Expander keluaran terbaru. Kami lantas meluncur menuju tengah kota. Titik-titik kemacetan kami lewati dengan menguras kesabaran. Mobil masuk Jalan Mayjen Sungkono. “Mulai dari sini banyak bertebaran panti-panti pijat yang aku maksud. Tapi kita terus saja. Aku punya langganan di HR Muhammad,” kata Aguk. Mobil merayap pelan. Aguk memperhatikan kawasan ruko-ruko di sebelah kiri jalan. Laju kendaraan semakin pelan. “Maaf, aku agak lupa. Sudah lama tidak ke sini,” aku Aguk tanpa ditanya. “Tempatnya di pojok dalam. Dari luar tidak kelihatan, tapi aku ingat kok tanda-tandanya,” katanya lebih seperti ditujukan kepada diri sendiri. Sambil mengingat-ingat. Ketemu. Akhirnya Aguk masuk sebuah kompleks ruko dan memarkir mobil. “Masuk Bos. Wah sudah lama tidak kelihatan,” sambut pegawai tempat pijat itu, yang namanya mengingatkan kepada artis kontroversial Nikita Mirzani. Tapi di dadanya hanya tertulis Nita. Aguk tersenyum. “Banyak proyek besar,” katanya singkat sambil bergegas masuk. “Ada yang baru Bos.” “Oh ya?” Di ruang resepsisonis, kami disambut dua cewek cantik. “Om Johan. Sudah lama lho Om tidak ke sini,” kata satu dari dua cewek tadi sambil memberikan dua gelang kunci. “Aku di sini dikenal sebagai Johan. Pengusaha top,” bisik Aguk sambil mengajak Memorandum masuk sebuah ruangan. “Copot baju dan celanamu. Ganti ini,” kata Aguk sambil mengulurkan sesuatu. “Tapi aku tidak mau pijat.” “Aku tahu. Setelah ganti ini, kau bisa berendam air panas atau makan-makan di lantai dua. Aku juga mau berendam dulu,” kata Aguk. Memorandum diam. Memorandum lantas membuntuti Aguk. Mengikuti apa pun yang dia lakukan. Persis kerbau dicocok hidungnya. Aguk masuk kolam air panas, Memorandum ikuti. Aguk masuk sebuah ruang berasap wangi, Memorandum ikuti. Aguk masuk ruang berasap yang lain, Memorandum ikuti. Begitu seterusnya, sampai Aguk naik tangga menuju ruang makan. (jos, bersambung)  

Sumber: