Beristrikan Perempuan Pemuja Dukun Milenial (7-habis)
Tarkam masuk area rest yang difasitasi SPBU, restoran, dan minimarket. Namun saat menuju pompa SPBU, Tarkam melihat istrinya bergandengan mesra keluar dari minimarket. Lelaki di samping Mersi sudah tidak asing bagi Tarkam: Mbah Dugo. Penampilan mereka keren abis, kayak selebritis keluar dari diskotek. Glamor-mor-mor-mor. Bergegas Tarkam mendekati pompa pengisian bahan bakar dan melesat kencang setelah tangkinya diisi penuh. Tidak langsung ke rumah, melainkan mampir Masjid Al-Akbar untuk menurunkan tensi tekanan darahnya yang dirasakan hampir meledakkan otak. Kepalanya panas, berat, dan nyeri. Seperti dibakar bara neraka, seperti ditimpa Gunung Himalaya, seperti disayat duri mawar putih. Tarkam sujud sangat panjang. Lelaki berhati lembut ini ingin menangis dalam pelukan Sang Khalik. Menjerit dalam dekapan Sang Pencipta Segala. Meronta dalam genggaman Sang Pemilik Kasih. Baru menjelang matahari terbit Tarkam melangkah pulang. Entah untuk siapa. Sambutan Mersi di bawah mistar pintu dan senyum perempuan itu sama sekali tak dilihat. Tarkam memfokuskan pandangan ke titik yang akan dia injak. Setapak demi setapak. Tarkam melewati begitu saja Mersi yang mencoba memeluk. Tangan kanan Mersi yang sudah menyentuh pundak Tarkam malah ditepiskan dengan halus. Tarkam terus melangkah hingga masuk kamar tidur. Dia empaskan tubuhnya ke ranjang. “Aku tak ingin lagi terpanah pesona matanya. Aku tak ingin lagi menyerah di ujung senyumnya,” tutur Tarkam dalam hati. Sejak itu dia tidak lagi menghiraukan Mersi. Apa pun yang dilakukan perempuan itu tidak digapai. Jangankan menjawab ketika diajak bicara, Tarkam bahkan tidak mau menoleh ketika berhadap-hadapan dengan Mersi. Mersi marah dan mengancam. Dia mengatakan akan pulang ke rumah ayah dan ibunya bila Tarkam tak mau diajak bicara. “Ada apa?” teriak Mersi suatu waktu. Keras dan lantang. Tarkam tak merespons. Lelaki itu bahkan meninggalkan Mersi seorang diri meluapkan emosinya. Tarkam masuk kamar dekat kamar mandi dan menguncinya dari dalam. Mersi berteriak-teriak makin kalap. Dia mengancam akan minggat kalau Tarkam terus membiarkannya tanpa direken. “Aku pergi. Lelaki bukan kamu saja,” teriak Mersi sambil dengan keras membanting pintu. (jos, habis)
Sumber: