Beristrikan Perempuan Pemuja Dukun Milenial (6)

Beristrikan Perempuan Pemuja Dukun Milenial (6)

Yang memberi petunjuk malah penjaga warung depan padepokan. Menurut pria gondrong itu, 7-8 hari lalu Mbah Dugo pergi bersama seorang perempuan muda. Cantik. Kulitnya kuning langsat, rambutnya panjang menjuntai menyentuh pantat, dan—ini yang tidak bisa dilupakan lelaki gondrong tadi—matanya bersinar seperti bulan purnama. “Itu adalah gambaran sosok istriku. Tidak salah lagi. Ke mana dukun itu membawa dia?” kata Tarkam penuh tanda tanya. Tarkam sangat yakin bahwa perempuan yang pergi bersama Mbah Dugo adalah Mersi. Semua gambaran yang disampaikan penjaga warung depan padepokan dukun lereng Gunung Wilis tersebut tidak ada yang geseh. Masalahnya, ke mana mereka? Ada masalah lain yang kini membebani pikiran Tarkam. Yaitu, kabar bahwa Mbah Dugo tidak lebih dari dukun cabul. Korbannya sudah banyak. Walau begitu, dukun muda berpenampilan kekinian itu tidak pernah masuk perangkap hukum. Dia selalu bisa berkelit, bahkan pandai memermainkan oknum-oknum penegak hukum yang mentalnya bisa dilipat-lipat dengan lembaran rupiah. “Informasi ini aku peroleh dari penjaga warung tadi. Dia mengaku sering jadi tempat berkeluh kesah keluarga korban Mbah Dugo,” kata Tarkam. Informasi penjaga warung tadi spontan membakar hati Tarkam. Dia mulai bisa menghubung simpul-simpul kecurigaan tentang Mbah Dugo. Masalanya sekarang, ke mana mencari dukun dan istrinya tersebut. Tarkam juga mendapatkan kabar pernah ada keluarga klien Mbah Dugo yang jadi korban dan membawa kasusnya ke polisi. Tapi, perkaranya menguap begitu saja. Dan, itu tidak hanya terjadi satu-dua kali, melainkan sering. Sering sekali. Ketika kasusnya sudah diproses di pengadilan pun, hukumannya acap seperti orang mampir pipis. Cur. Wis. Tarkam yang sempat dua-tiga hari menyanggong di sekitar padepokan, sia-sia. Tarkam putus asa dan memutuskan pulang. Pikiran dia: mulih sak karepmu, gak mulih yo sak karepmu. Lelaki berjambang tipis ini lantas mengarahkan motornya ke Surabaya. Beraneka gambar melintas di benaknya seolah trailer film layar lebar. Yang terbanyak adalah adegan istrinya dengan Mbah Dugo. Gambar-gambar yang bersumber dari kecurigaan dan kekhawatiran itu berputar liar tanpa ujung pangkal. Menggerogoti akal sehat. Mengiris kesucian batin. Mematahkan cinta menjadi potongan-potongan tak berbentuk. Pikiran Tarkam melayang-layang. Dia baru sadar saat mendengar bunyi tiiit… tiiit… tiiit tanda bahan bakar minyak motornya hampir habis. Harus segera diisi. Sudah reserve. (jos, bersambung)    

Sumber: