Perjuangan Mencari Perempun Polos dam Cantik Alami (5-habis)

Perjuangan Mencari Perempun Polos dam Cantik Alami (5-habis)

Meski merasa menghadapi situasi di depannya seperti dagelan ketoprakan, dia bertekad sekalian menerjuni. Akhirnya Burhan mengajukan syarat susulan, “Semua harus jujur. Setuju?” Nany mengangguk. Lantas tersenyum. “Masih jomblo?” tanya Burhan. Nany mengangguk, “Masih. Kamu?” Burhan mengangguk. “Jadi masing tingting?” kejar Burhan. Nany mengangguh, “Kamu masih perjaka?” Burhan mengangguk. Masih banyak pertanyaan konyol yang disampaikan. Masih banyak pula jawaban-jawaban lucu yang keluar dari mulut masing-masing. “Andai suatu saat terbukti ada dusta di antara kita, hubungan kita restart. Setuju?” tanya Burhan. Nany mengangguk. Singkat cerita, beberapa pekan kemudian mereka duduk di pelaminan. Burhan didampingi kedua orang tua, Nany ditemani kakak dan iparnya. Pengakuan Nany, orang tuanya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Mereka masing-masing anak tunggal, jadi tidak memiliki kerabat. Resepsi dilanjutkan malam pertama, yang diakui Burhan teramat amat sangat berkesen sekali-li-li-li. Indah-ndah-ndah-ndah. Bercak darah di sprei memantik rasa bangga Burhan mendapatkan perawan tingting di era milenial. Sesuatu yang sudah sangat jarang dimiliki seorang gadis. Sayang, euforia kegembiraan Burhan tidak berlangsung lama. Sahabatnya dari Semarang secara khusus menemui. Seorang dokter yang sedang menempuh pendidikan spesialis. “Kamu kenal istrimu dari mana?” tanya sahabat itu. Burhan pun menceritkan secara detail tapi singkat, “Kenapa?” “Andai bukan sahabat, tidak akan kuberi tahu.” “Kenapa?” “Dia (Nany, red) adalah pasien langganan temanku. Temanku itu brengsek. Dia mengomersilkan profesinya.” “Maksudmu?” “Dia sudah lebih dari lima kali menjalani operasi mengembalikan keperawanan kepada teman yang kusebutkan tadi.” “Jadi?” “Dia juga lebih dari 50 kali menjalani operasi plastik untuk memberpaiki wajah, payudara, bokong, pinggul, dan saabrek lagi.” Burhan berhenti menceritakan kisahnya. Matanya menatap layu kopi di dalam cangkir yang belum sempat disentuh. “Saat ini saya sedang mengurus perceraian dia,” kata Win. “Sekarang istrimu di mana?” tanya Memorandum kepada Burhan. Pertanyaan yang sebenarnya tidak pantas terlontar. Pertanyaan yang mungkin terdengar amat sangat nggobloki sekali, yang tidak membutuhkan jawaban. (jos, habis)  

Sumber: