Perluasan Budidaya Sorgum Perlu Dukungan Pasokan Air dan Alsintan

Perluasan Budidaya Sorgum Perlu Dukungan Pasokan Air dan Alsintan

Jakarta, memorandum.co.id - Budi daya sorgum skala luas membutuhkan dukungan sarana dan prasarana memadai. Dukungan untuk memastikan agar budidaya berhasil dan memperkuat ketahanan pangan dalam negeri. Selain pasokan air yang konsisten, juga perlu alat mesin pertanian (alsintan). Pasokan air konsisten dalam jumlah memadai dibutuhkan agar hasil panen sorgum sesuai target. Direktur Pembiayaan Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan), Indah Megahwati, mengatakan menjamin pasokan air dibutuhkan kerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) "Kami tidak ingin budidaya sorgum gagal. Makanya, pakai pipanisasi dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan air sorgum agar terpenuhi. Kami tidak mau hasil produksi sorgum hanya 1 ton atau setengah ton, tapi bisa mencapai 15 ton atau 20 ton per hektare. Di hulu, air dan pupuk harus tersedia. Karena ini skala luas," kata Indah baru-baru ini. Gayung bersambut. Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan, Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam, Kementerian PUPR Adenan Rasyid mengatakan, pihaknya telah mendatangi tiga wilayah di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur, untuk pembangunan sarana perairan pendukung penanaman sorgum. Pertama, Laipori. Di daerah ini, kata Adenan, pihaknya mempersiapkan operasional 13 sumur eksisting jaringan irigasi air tanah dan pembuatan 4 titik sumur bor baru. Kedua, di Desa Patawang, yakni membuat 50 titik sumur gali oleh swakelola padat karya, pembuatan 4 titik sumur bor baru, dan penyiapan operasional untuk 50 titik sumur gali. "Untuk menggali (sumur) kami meminta bantuan petani di wilayah tersebut, yakni Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Swakelola padat karya. Jadi mereka mendapat pemasukan tambahan," kata Adenan. Lokasi ketiga di Desa Kawangu. Di sana, kata Adenan, pihaknya membuat 2 titik sumur bor baru. Selain itu, lanjut dia, Ditjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR juga telah membangun sarana perairan dan infrastruktur pendukung penanaman sorgum di Nusa Tenggara Barat (NTB). Untuk alsintan budidaya sorgum, menurut Drektur Utama PT PURA Engineering Dedy Dafianto, kebutuhannya mirip dengan yang digunakan untuk jagung dan padi. Kebutuhannya sesuai situasi dan kondisi yang dihadapi petani. Bila lahan berupa hamparan, Dedy menyarankan menggunakan mesin transplanter agar lebih efisien. Adapun untuk lahan berbukit, menggunakan traktor manual. Oleh PT PURA, alsintan dibagi atas dua tipe. Untuk lahan hamparan, kata Dedy, penanaman memakai traktor. Bisa roda dua atau roda empat. "Tapi kalau berbukit lebih susah, arahnya ke manual. Tenaga hewan atau tenaga manusia," kata Dedy. Untuk pemeliharaan sorgum di lahan hamparan, bisa memakai sprinkle, sprayer, drone. "Kalau berbukit bisa drone, bisa manual. Cuma mungkin cost, biaya akan dihitung simple atau tidak simple," jelas Dedy. Sedangkan untuk memanen, bila lahan datar atau hamparan bisa menggunakan combine harvester yang memiliki tiga fungsi, yaitu pemanen, penebas batang, dan pemipil. Untuk lahan berbukit, kata dia, combine harvester tidak bisa digunakan. Alternatifnya adalah memakai alat pemotong batang (stalk cutter), seperti sabit atau sejenisnya. Pemilihan alsintan, lanjut Dedy, selain tergantung kondisi lahan juga ditentukan tujuan hasil panen. Kalau yang dipanen batang sorgum, tidak bisa menggunakan combine harvester. Karena batang harus utuh. Combine harvester sengaja disiapkan khusus panen biji dan ampas batang-daun. PT PURA Engineering adalah produsen beragam mesin pertanian, perikanan hingga rekayasa industri. Pihaknya, kata Dedy, telah memproduksi jenis-jenis alsintan yang bisa digunakan untuk budidaya sorgum. Pemerintah berencana membuka 115.000 hektare lahan untuk budidaya sorgum pada 2023, dan diperluas menjadi 154.000 hektare pada 2024. Pulau Sumba difokuskan menjadi sentra sorgum nasional. Bupati Sumba Timur, NTT, Kristofel Praing mengakui jumlah petani di wilayahnya tidak memadai untuk mendukung program sorgum nasional. Karena itu, bantuan alsintan mutlak dibutuhkan untuk menyokong budidaya program. "Tentu harus ada mekanisasi. Karena kondisi kering, struktur tanahnya kurang baik, untuk mengawalinya butuh traktor," kata dia. (iku/gus)

Sumber: