Ketika Seorang Perempuan Terpaksa Harus Berbagi Suami (1)

Ketika Seorang Perempuan Terpaksa Harus Berbagi Suami (1)

Seorang lelaki yang sudah beristri tiba-tiba saja dilamar seorang perempuan. Ia memang bukan orang asing, melainkan sang mantan. Cerita berawal beberapa tahu silam ketika seorang perempuan, sebut saja Tini, kedatangan rombongan tamu, dua lelaki dan dua perempuan. Mereka adalah satu keluarga yang terdiri atas suami-istri dan dua anak. Suami Tini, sebut saja Dolah, menyambut tamu-tamu tadi dengan sangat hangat. Walau baru kali pertama itu datang ke rumah, sepertinya mereka sudah akrab. Peluk cium dilakukan Dolah kepada keluarga tadi. “Aku sempat bingung dan menemui tamu-tamu tadi dengan penuh tanda tanya: siapa gerangan mereka dan apa maksud kedatangan mereka,” kata Tini kepada seorang pengacara di kantornya, kawasan Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Tidak hanya dirinya, Tini juga menangkap kesan penuh tanda tanya di wajah sang suami. Akhirnya mereka duduk di ruang tamu. Obrolan basa-basi tampaknya tidak bisa mengurangi rasa penasaran Tini dan Dolah. Saat itu Tini bahkan baru menyadari bahwa para tamunya pada menyimpan wajah tegang. Setelah memperkenalkan diri, tamu lelaki yang paling tua, sebut saja Aziz, mengutarakan maksud kedatangan mereka. “Maaf sebelumnya Nak Dolah dan Nak Tini. Kami ke sini untuk melamar Nak Dolah,” kata Aziz singkat. Tidak hanya seperti disambar halilintar di musim kemarau, kekagetan Tini seperti disengat seribu satu kalajengking plus seribu satu lebah plus seribu satu nyamuk DBD. Tini spontan menolah ke Dolah. Tapi, rupanya Dolah pun tidak lebih terkejut dari dirinya. Mereka lantas bersama-sama menoleh kepada Aziz. “Maaf. Sekali lagi maaf,” ulang lelaki berusia sekitar itu. Dengan terbata-bata Aziz lantas bercerita. Kata dia, keluarga mereka sebenarnya bukan hanya empat seperti yang datang ke rumah Tini dan Dolah hari itu. Ada satu lagi anggota keluarga, sebut saja Murni. Dia anak kedua dari tiga bersaudara. Murni inilah yang dilamarkan Aziz. “Dia sempat pacaran sama Nak Dolah. Tapi, Allah tampaknya belum meridoi hubungan mereka,” turur Aziz sambil melirik Dolah. Tini juga refleks memalingkan wajahnya ke Dolah. Namun sebelum Tini sempat membuka mulut, Aziz buru-buru menambahkan, “Nak Tini jangan marah kepada Nak Dolah. Dia tidak bersalah.” Aziz mengaku dialah yang bersalah. Sebab, dialah yang tidak merestui hubungan Murni dan Dolah. Padahal, hubungan keduanya sudah cukup lama. “Waktu itu saya melarang anak saya melanjutkan hubungan dengan Nak Dolah karena Murni saya jodohkan dengan anak teman,” aku Aziz. Namun, lanjutnya, Murni menolak dengan keras, bahkan hendak kabur dari rumah. “Dia lantas saya kurung di kamar. Semua barangnya yang berhubungan dengan Nak Dolah saya bakar.” (jos, bersambung)    

Sumber: