Sulitnya Upaya Mencarikan Istri untuk sang Ayah (1)

Sulitnya Upaya Mencarikan Istri untuk sang Ayah (1)

Seorang pemuda, sebut saja Bima, tampak berkeliaran di area Pengadilan Agama (PA) Surabaya. Memerandum yang penasaran bertanya: ada apa? Jawabannya mengejutkan: mencari istri untuk ayah! Mencari istri untuk ayah? Dalam perbincangan santai di sebuah warung kopi, Bima bercerita bahwa dia mendapat amanah dari ayahnya untuk mencarikan calon istri. Kalau bisa yang perawan tingting, namun kalau sulit janda pun tidak apa-apa. “Makanya saya rajin kemari,” kata Bima, yang mengatakan bahwa sebelumnya dia sudah berusaha mencarikan perawan tingting untuk ayahnya, tapi kesulitan. Amat sulit. Kata Bima, setahun lalu ayahnya, sebut saja Gondo, kehilangan istri. Sejak itu pria pensiunan perusahaan ekspor-impor ini berubah menjadi sosok pendiam. Suka mengurung diri di kamar. Suatu  hari tiba-tiba saja Gondo memanggil satu-satunya anak yang tersisa dari empat anaknya yang masih hidup, Bima. Kepada Bima, Gondo mengajukan permintaan. Dia mengistilahkan ini sebagai permintaan terakhir. “Yok, aku tahu ini adalah permintaan yang aneh. Namun sadarilah, aku sangat menginginkannya. Aku berharap engkau sebagai anak satu-satunya yang masih tersisa sanggup meluluskan permintaan ini,” kata lelaki yang seluruh rambutnya sudah memutih itu. Bima diam seribu bahasa. Dia menunggu apa yang akan diucapkan sang ayah. Dia pandangi mata ayahnya tajam-tajam sambil bertanya-tanya dalam hati: apakah gerangan permintaan itu? “Aku sudah merasakan semua kenikmatan di dunia ini. Ujung- ujungnya sudah aku datangi. Semua pemandangan indah sudah aku nikmati. Semua masakan enak sudah aku rasakan. Tinggal satu yang ingin aku rasakan di ujung usiaku,” imbuh lelaki yang masih tampak gagah di usia lanjut ini. Bima masih diam. Dia semakin lekat memandang mata ayahnya, seolah mencari tahu kemungkinan apa sebetulnya diingini ayahnya. Namun semakin dalam Bima memandang, semakin bingung dia dibuatnya. Didorong rasa penasaran, juga karena Gondo tak segera melanjutkan kalimatnya, Bima akhirnya membuka mulut, “Ayah sebutkan saja. Apa pun permintaan Ayah akan aku usahakan untuk meluluskannya.” Kini giliran Gondo yang memandang tajam mata Bima. Mencari kebenaran di balik janji anaknya tersebut. “Kamu berjanji?” “Aku berjanji Ayah. Dengan sepenuh hati!” ucap Bima mantab. “Aku ingin kawin. Menikah lagi!” kata Gondo tandas. Lirih namun menghujam tajam sekali. Bima spontan mengangat kepalanya yang tertunduk. Dia tatap mata Gondo. Kedua pemilik mata itu bagai bertarung kesaktian. Adu kekuatan untuk dapat menundukkan. Juga, untuk membunuh keraguan yang tiba-tiba muncul. Terutama di dada Bima. “Aku ingin yang masih perawan. Tingting,” kata Gondo. Bima kaget. Tiba-tiba di benaknya terlintas sosok teman sekantor, sebut saja Ningsih, yang masih perawan. Tingting. Gres ewes-ewes. Utuh-tuh, Padahal, usianya sudah memasuki 50 tahun. Tanpa disadari Bima tersenyum. (jos, bersambung)    

Sumber: