Misteri Menghilangnya Orang-Orang Tersayang (2)

Misteri Menghilangnya Orang-Orang Tersayang (2)

Steve, yang sejak pandangan pertama menaruh hati terhadap Irine, malah pura-pura menggoda dan bertanya apakah Irine pulang karena kangen pacar? Irine tidak menanggapi. Hanya diam. Lalu Steve menggoda dengan tanya apakah punya teman yang masih jomblo dan ingin mencari pasangan? “Aku sudah lama ingin mencari pasangan,” kata Steve. Irine cuek. Tidak menanggapi sama sekali. Ia membahas soal lain, seolah tidak mendengar pernyataan Steve. Steve mencoba maklum karena Irine baru ditinggal cowoknya. Steve tidak putus asa. Hampir tiap hari dia melontarkan pernyataan dan pertanyaan yang sama. Sekitar tiga bulanan. Hingga Irine tampak kesal dan dengan wajah serius dia bertanya, “Kak Steve serius?” Pemuda itu mengangguk. Irine mengaku berjanji akan memperkenallan temannya kepada Steve. Tapi harus sabar, menunggu waktunya yang tepat. Sebab, temannya itu tidak mudah didekati. Tapi sampai berhari-hari janji Irine tinggal janji. Sekitar sepekan kemudian Irine malah seolah menghilang. Tidak pernah muncul. Steve penasaran dan pe rumah gadis itu. Rumahnya sepi. Besoknya Steve kembali ke rumah Irine. Tapi, yang bersangkutan sedang tidur. Pulas. Pembantunya yang modis dan nggaya ala Lucinta Luna ini mengabarkan bahwa semalaman Irine badannya demam. Cukup lama Steve menunggu Irine, namun tidak juga ditemui. Irine tampaknya masih terlelap. Steve lantas mengambil kertas dan menuliskan sesuatu dengan serius. Steve terang-terangan menyatakan cintanya kepada Irine. Hingga tiga hari kemudian Irine belum juga ke kampus. Dia baru menampakkan diri pada hari keempat. “Aku ragu apakah Kakak benar-benar mau menjadikan aku sebagai pacar,” kata Irine setelah mereka bertemu. “Aku serius.” “Apa pun keadaanku?” tanya Irine, yang lantas melelehkan air mata. “Karena Kakak belum tahu siapa aku yang sebenarnya. Andai tahu, tak mungkin…” tiba-tiba Steve membungkam mulut Irine dan berkata, “Jangan diteruskan. Pokoknya aku serius.” Steve kemudian mengajak Irine berjanji tidak bakalan menengok ke belakang dan lebih baik membicarakan masa depan. Irine setuju. “Aku merasakan dia memiliki masa lalu yang kelam. Tapi aku nggak peduli. Aku sangat menyayangi dia,” kata Steve sambil menunduk. Menurut Steve, dia tidak pernah mengajak Irine pulang dan memperkenalkan kepada orang tua lantaran ayahnya tidak mau anak-anaknya berpacaran. Kalau naksir lawan jenis, segera ta’aruf. Dan bila cocok, langsung nikah. Itulah yang dianut dan dilakoni Steve sebelum mengenal Irine. Sikap ini berbeda dengan adik keduanya, sebut saja Dani, yang menentang pendapat orang tua. Sejak kelas tiga SMP dia sudah pacaran. Pacarnya bahkan selalu ganti-ganti. (jos, bersambung)    

Sumber: