Ulang Tahun Emas Jadi Ajang Evaluasi

Ulang Tahun Emas Jadi Ajang Evaluasi

Berbicara Surat Kabar Harian (SKH) Memorandum tidak disanksikan lagi tentang aktual dan faktual dalam pemberitaannya. Sedangkan pada ulang tahun emasnya tahun ini, Danrem 084/Bhaskara Jaya (BJ) Kolonel Inf Sudaryanto berharap dijadikan SKH Memorandum untuk evaluasi agar menjadi lebih baik. “Selamat ulang tahun ke lima puluh, dan pada momen ini dijadian ajang evaluasi untuk bisa menghadapi tuntutan zaman dalam persaingan media massa,” ujar Sudaryanto. Sedangkan kepercayaan masyarakat pada SKH Memorandum untuk saat ini menurut Sudaryanto masih tinggi. Hal ini dibuktikan setiap kegiatan-kegiatan pada hari tertentu, selalu menerbitkan edisi khusus. “Seandainya kepercayaan itu luntur, tentu saja akan beralih ke media massa lainnya,” ungkap perwira dengan pangkat tiga melati di pundak ini. Sudaryanto menilai bila SKH Memorandum untuk saat ini lebih dominan menyajikan berita kriminal dan hukum. Dan itu hurus dipertahankan karena akan menjadi referensi masyarakat. Supaya bisa tetap eksis, Sudaryanto memberikan masukan untuk SKH Memorandum agar mengetahui keinginan pembaca, sehingga setiap hari selalu dicari. “Seperti halnya ada berita bersambung, sehingga pembaca terikat untuk membeli koran besoknya agar mengetahui berita tersebut hingga tuntas,” saran Sudaryanto. Sudarynato juga memberi contoh ketika waktu dirinya sekolah, ada korban kriminal di ibu kota yang selalu dicarinya. Namun, bukan untuk membaca beritanya, tapi mencari halaman yang terdapat belajar mewarnai dan cerita rakyat bersambung.[penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="right" withids="" displayby="tag" orderby="rand"] “Halaman itu saja yang saya ambil, sedangkan halaman lainya saya abaikan,” lanjut Sudaryanto. Sedangkan ketika dirinya menjadi pucuk pimpinan di Korem BJ ini, perwira menengah ini membaca SKH Memorandum yang setiap pagi ada di mejanya untuk mengetahui situasi di wilayah teritorialnya. Sehingga dirinya bisa segera memerintah anggotanya untuk segera bertindak sesuai tugas pokok dan fungsinya. Seperti halnya adanya kekeringan di suatu wilayah ataupun kerawanan, sehingga dengan cepat dirinya memerintahkan jajaran bawahnya untuk bertindak melalui babinsa. Dengan langkah cepat itu, sehingga masyarakat bisa merasakan kehadiran TNI di tengah-tengah mereka untuk menyelesaikan permasalahannya. “Babinsa merupakan ujung tombak kami dalam situasi di wilayah,” pungkas Sudaryanto. (tyo/fer/gus)

Sumber: