Secara Sosiologis, Gendam Adalah Proses Sugesti
Surabaya, memorandum.co.id - Aksi kejahatan jenis gendam kembali bergentayangan di Kota Surabaya. Gendam bukanlah kejahatan yang dilakukan melalui hipnotis. Pelaku hanya menjalankan modus tertentu memanfaatkan situasi korban sampai akhirnya berhasil menjebak korban. "Bahwa secara keilmuan saya secara sosiologis sebenarnya gendam dan hipnotis sebenarnya proses sugesti," kata Ali Imron, S.Sos., M.A selaku Dosen dan Sosiolog Universitas Negeri Surabaya. Menurutnya, sugesti adalah pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain. Akibatnya pihak yang dipengaruhi akan tergerak mengikuti pengaruh atau pandangan tersebut dan menerimanya secara sadar atau tidak sadar tanpa berpikir panjang "Sugesti itu memberikan pengaruh itu dalam bentuk apapun, baik itu perkataan, baik itu perbuatan yang kemudian diterima orang. Sehingga, orang lain mengikuti apa yang diinginkan oleh orang yang memberikan sugesti itu tanpa berpikir panjang," paparnya. Menurutnya Ali Imron mempegaruhi orang lain itu ada dua, baik pengaruh hal yang positif dan negarif. "Tetapi yang kasus gendam ini adalah mempengarui orang lain dalam konteks negatif dan termasuk tindak kejahatan," jelasnya. Siapa yang bisanya menjadi target atau dapat dipengaruhi pelaku gendam ini? Ali Imron menanggapi bahwa kalau secara psikologis tidak semua orang bisa dipengaruhi. Sebagai bagian dari interaksi sosial, sugesti bisa dilakukan siapa saja. Indikator pemberian sugesti mulai membujuk, merayu, memuji, "Karena ini kan perfect interaksi, sugesti itu adalah bentuk interaksi sosial. Tentunya interaksi itu kan proses saling mempengaruhi atau hubungan timbal balik antara individu dengan individu yang lain," imbuhnya. Dalam konteks ini, lanjutnya, mengapa kemudian bisa terpengaruh? Tentunya ada relasi kuasa yang berbeda itu salah satunya dari sisi pengetahuan. "Jadi misalnya ketika melakukan interaksi komunikasi dengan orang lain karena memiliki pengetahuan yang lebih dibanding orang yang dipengaruhi seingga menganggap itu sesuatu yang benar dan dapat diterima . Jadi sebenarnya dalam konteks ini ada relasi kuasa. Kekuasaan dalam hal ini bukan hanya jabatan, kekuasaan lain adalah pengetauan yang bisa mempengaruhi orang," tutupnya. (alf)
Sumber: