Derita Panjang Pasangan Suami-Istri di Atas Ranjang (2)
Ritual aneh pun dilakukan. Lama dan membosankan. Mulai bakda Magrib sampai menjelang tengah malam. Hayong menunggu dengan sabar sambil mengawasi lalu lalang petani belerang. Malam itu Hayong dan Linda sempat masuk kamar. Hati mereka deg-degan seperti pengantin baru. Selesai terdengar ringik anjing bersahut-sahutan, pasangan ini sudah bersiap-siap memulai pertarungan. Senyum cerah tersungging selama pemanasan. Tapi, Linda tegang. Demikian juga Hayong. Ketika kedua perangkat sudah berhadap-hadapan, kejadian seperti yang sudah-sudah terulang. Linda merasa daerah pertahanannya nyeri. Hayong merasa tendangan penaltinya membentur Tembok Besar China. Keduanya kecewa. Linda lantas keluar dan protes kepada budenya. “Di antara kalian pasti ada yang tak yakin terhadap kekuatan Kung Pri (panggilan orang pintar yang membantu peroses pembukaan gerbang suwarga Linda, red). Jopo montro Kung Pri memang sia-sia kalau yang ditolong tidak yakin,” kata perempuan sepuh itu. Linda cemberut. Hayong tersenyum dan misuh di dalam hati. Bude menyarankan prosesi diulang, namun dengan catatan Hayong harus yakin. Hayong menolak. Kata lelaki muda ini, sampai kiamat tiba dia tidak akan percaya kepada hal-hal yang demikian. “Ketika kita pusing dan minum obat sakit kepala, percaya atau tidak percaya terhadap kasiatnya, kita pasti sembuh. Ini tidak ada hubungannya dengan yakin atau tidak yakin,” kata Hayong kepada Linda dalam perjalanan pulang ke Surabaya. Keputusasaan Linda semakin dalam. Tapi, tidak demikian dengan Hayong. Dia terus beruapaya. Kali ini Hayong bahkan merasa punya senjata untuk memaksa sang istri mengikuti langkahnya: upaya medis. Upaya yang logis dan masuk akal. Dalam perjalanan itu pula hal ini dibahas. “Aku kan sudah menuruti langkahmu berobat ke orang pintar. Yang ternyata gagal. Sekarang giliranku untuk meminta kamu mengikuti langkahku,” kata Hayong. Linda tetap menolak. Alasannya masih sama: malu. Hayong tidak memaksa. Percuma. Pemaksaan malah akan menghasilkan pertikaian. Dan, Hayong sangat menghindari itu terjadi di dalam rumah tangganya. Sesampai di Surabaya, keesokan harinya Hayong bertekad menemui dokter yang bisa dimintai penjelasan dan pertolongan soal ini. Dia mendatangi RSUD dr Soetomo di Jalan Karangmenjangan. Intinya dia akan bertanya: bisakah medis menyelesaikan persoalan yang dihadapi bersama Linda. Di rumah sakit, Hayong diterima dokter ahli kandungan dan kebidanan, sebut saja Yeni. Waktu itu dijelaskan bahwa Linda merupakan satu dari sekian penderita disfungsi seksual pada wanita. Data global menunjukkan, 41 persen wanita di dunia mengalami disfungsi seksual. Vaginismus adalah jenis gangguan seksual yang dialami Linda. “Vaginismus merupakan kontraksi otot berlebihan pada bagian sekitar organ intim wanita. Kondisi ini membuat organ intim wanita tertutup hingga sulit atau bahkan tak bisa melakukan penetrasi,” kata Yeni. (jos, bersambung)
Sumber: