Telan Triliunan, Mantan Ketum KONI Jatim Sebut PON Hanya Gengsi Bukan Prestasi

Telan Triliunan, Mantan Ketum KONI Jatim Sebut PON Hanya Gengsi Bukan Prestasi

Erlangga Satriagung menyorot esensi PON yang berubah hanya sekadar ajang gengsi daerah di acara seminar yang digelar SIWO PWI Pusat di Bandung.-Istimewa-

BANDUNG, MEMORANDUM.CO.ID - Mantan Ketua Umum KONI Jatim Erlangga Satriagung mengungkap sejumlah kebobrokan penyelanggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) dalam Seminar Olahraga bertema "Evaluasi PON, Gengsi Atau Prestasi?" yang digelar SIWO PWI Pusat di Bandung, Kamis 12 Desember 2024.

BACA JUGA:Atlet dan Pelatih Jatim di PON XXI Aceh-Sumut Digerojok Bonus Rp 160 M, Ini Pesan Pj Gubernur Adhy

Erlangga, yang datang sebagai salah satu pembicara, menegaskan jika penyelenggaraan PON saat ini sudah mengalami disorientasi. Multieven olahraga empat tahunan itu bukan lagi ajang kompetisi mengejar prestasi tapi sekadar perebutan gengsi daerah.  

"Jika tema diskusinya, PON Ajang Gengsi atau Prestasi? Maka hari ini saya menjawab, PON adalah Gengsi," ucap mantan Ketua Umum KONI Jatim periode 2017-2021 ini diawal diskusi.  

BACA JUGA:Ketum PBMI Minta Pengurus Bersiap Hadapi SEA Games Thailand dan PON Ke-XXII

Pernyataan Erlangga itu, bukan tanpa alasan. Selama pengalamannya menjadi ketua cabang olahraga hingga Ketua KONI Jatim, yang terjadi di PON tidak hanya praktik jual beli atlet, tapi lebih parah lagi, yaitu perampasan medali.

"Ada daerah yang terang-terangan minta empat medali emas di salah satu cabor. Oke, kita bantu carikan pelatih terbaik dari luar negeri untuk melatih atlet mereka. Ternyata atlet juga belum punya, dan permintaan itu setahun sebelum PON. Kalau tidak diberi medali emas mengancam cabor tidak akan  dipertandingkan di PON," ungkap Erlangga.

Tidak hanya itu, Erlangga juga mengungkap, ada salah satu atlet Jatim yang pernah 'dirampas' medali emasnya di PON  hingga tidak mau berlatih lagi karena trauma. Disebutnya, atlet yang seharusnya mendapat emas, namun dikalahkan oleh sistem juri dan wasit. Kondisi ini kerap terjadi cabor-cabor tidak terukur.

BACA JUGA:KONI Jatim Gelar Tasyakuran dan Pembubaran Satgas PON XXI Aceh-Sumut 2024

"Atlet ini menangis, dia berlatih empat tahun untuk PON, tapi kalah oleh sistem hanya dalam empat menit. Kalau atlet kalah secara sportif, maka dia akan lebih semangat berlatih dan akan membalasnya di PON atau even berikutnya. Tapi kalah karena dicurangi, jadi tidak mau lagi menjadi atlet. Padahal ini atlet muda potensial, kami susah payah untuk meyakinkan kembali agar mau berlatih lagi," cerita Erlangga.  

Erlangga berharap, cara-cara kotor dalam meraih medali di PON harus segera dihentikan, jika ingin prestasi olahraga Indonesia bisa bersaing di level internasional, baik SEA Games, ASIAN Games hingga Olimpiade.

"Di level SEA Games saja, kita sekarang tidak lagi mendominasi. Kalau PON mau dijadikan ajang prestasi untuk proyeksi internasional, maka hentikan cara-cara seperti itu.Terapkan juga pembatasan usia atlet sesuai cabor yang berorientasi pada multievent internasional," ujar pria yang pernah menjabat Ketum POSSI Jatim. 

BACA JUGA:Atlet Selam OBA Jatim Berangkat Awal, Pengenalan Venues PON XXI

Selain itu, Erlangga juga menyoroti besarnya anggaran yang dikeluarkan masing-masing daerah untuk perhelatan PON. Jika dihitung rata-rata, per daerah mengeluarkan anggaran Rp 30 miliar pertahun maka uang disedot mencapai sekitar Rp 15 triliun.

Sumber: