Peringati Lahir Pancasila, FPPIP Gelar Malam Refleksi
Jember, memorandum.co.id - Malam refleksi hari lahir Pancasila 1 Juni, Keluarga Besar Forum Pengawal dan Pembinaan Ideologi Pancasila (FPPIP) Jember menggelar diskusi yang bertajuk Pancasila Dalam Menjawab Tantangan Era Disrupsi, Selasa (31/5/2022) malam. Gelaran yang ditandai dengan pemotongan tumpeng sebagai bentuk rasa syukur tampak hadir Hari Putri Lestari anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Timur dari Fraksi PDI Perjuangan, Sekretaris Sigit Prastowo. Ada narasumber Fendik Setiawan dan Pujo Basuki (mantan wakil Wali Kota Pasuruan) di Jalan Tawangmangu, Kelurahan Antirogo, Kecamatan Kaliwates, Jember. Ketua FPPIP Jember Prof Dr Bambang Supeno mengatakan, lahirnya Pancasila wajib hukumnya untuk memperingati/mengenang kembali Pancasila yang merupakan syarat berdirinya Negara Kesatuan RI yang berdaulat. "Oleh karena itu sangat disayangkan bila Pancasila sudah disrupsi tercabut dari roh akarnya. Setelah mendapatkan penjelasan dari dua narasumber banyak hal yang belum difahami dan pada malam hari ini dimengerti historis nya dan fakta realitas kekinian, " ujar Ketua FPPIP Jember. Masih kata Prof Dr Bambang Supeno, dengan harapan dari pemahaman dan pengertian dapat disimpulkan ada sesuatu gap/kesenjangan. Kalau jurang pemisah ini tidak segera ditangani maka roh Pancasila akan hilang (disrupsi). "Maka gejala-gejala seperti ini FPPIP Jember, walaupun komponen masyarakat kecil dan skup nya terbatas. Namun demikian, kami tetap berusaha memberikan kontribusi agar Pancasila tidak tercabut dari akar-akarnya. Ini dengan munculnya keinginan sekelompok orang yang hendak mengganti khilafah menjadi ancaman serius negara RI,"pungkasnya Sementara Hari Putri Lestari anggota DPRD Provinsi Jawa Timur dihadapkan tamu undangan menyampaikan, PDI Perjuangan merupakan partai yang konsisten mengawal dan mengawasi semua kebijakan dan prodak perundangan semua bersumber dan mengacu dari Pancasila. "Kami tidak lepas dari ideologi Pancasila dalam menjalankan pengawasan dan penganggaran. Serta membuat prodak perundangan semua bersumber dari Pancasila," ungkap Hari Putri Lestari. Pujo Basuki yang menjadi narasumber, mengatakan, untuk menjawab kekuatan Pancasilais bisa menghadapi tantangan Pancasila dalam menjawab tantangan era disrupsi. "1 Juni 1945 merupakan hari lahir Pancasila, sebagai azas perjuangan yang menjadi dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai satu-satunya dasar ideologi (filter), bercermin dalam mengarusutamakan bermasyarakat dan bernegara dengan (pancasilais), " ujar Pujo Basuki mantan wakil wali kota Pasuruan. Dr Fendi Setyawan SH, MH narasumber kedua, menerangkan ancaman faham Pancasilaisme, membangun jiwa bangsa tantangan dan solusi memperkuat kesadaran nasionalisme pada generasi muda (pelajar). Dan perlu diketahui data dari beberapa Survei Alvara Research Center terhadap 1.800 mahasiswa dan 2.400 pelajar di seluruh Pulau Jawa dan kota besar Jawa di Indonesia pada 1 September 10 Oktober 2017. Diperoleh hasil penerapan perda syariah, presentase pelajar menyatakan perda syariah tepat mengakomodir penganut agama mayoritas 21,9% dan untuk kalangan mahasiswa 19,6 %. Kedua, negara Islam, mahasiswa setuju dengan negara islam sebesar 23,5% dan untuk kalangan pelajar setuju dengan jumlah 16,3%. Dan Ideologi negara presentase pelajar memilih ideologi islam 18,6% dan kalangan mahasiswa 16,8%. Sehingga NKRI vs Khilafah persentase mahasiswa setuju dengan khilafah 17,8% dan kalangan pelajar 18,3%. 5. Jihad untuk tegaknya negara islam atau khilafah: presentase mahasiswa yang setuju dengan pernyataan saya siap berjihad untuk tegaknya negara islam atau khilafah sebanyak 34,4 % dan untuk kalangan pelajar 23,3 %. "Sebagai pemicu hilangnya rasa nasionalisme pada generasi muda sudah mulai tampak pudar nya gotong-royong. Apalagi tumbuhnya generasi milennial semakin Individualistis, munculnya radikalisme di kampus semakin terbuka. Bahkan, gejala radikalisme mulai terlihat dengan pernyataan sikap mahasiswa secara terbuka, " beber Fendi, dosen Fakultas Hukum Unej. Di salah satu kampus negeri terdapat pernyataan sikap mendukung kelompok radikalisme. Penelitian Setara Institute soal sikap intoleransi jadi awal mula terorisme. Menurut Fendi, hasil dari Direktur Riset Setara Institute Ismail Hasani, tahapan transformasi dari intoleran menuju radikalisme dan menjadi terorisme. Untuk jadi teroris tidak bisa seketika. "Ada tahapan dan proses, misalnya Muhammad Abduh, Bahrun Naim, mereka semua sebelumnya tergabung dalam organisasi masyarakat kelompok intoleran," kata Fendi juga sebagai Sekretaris 2 Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M). Ada tahapan menuju teroris.Pertama berawal masuk kelompok intoleran. Kedua, karena tidak puas maka memilih jalan ekstrem. Ketiga, menjadi radikal dan terakhir melakukan tindakan teror. "Langkah untuk menjaga tantangan dan solusi memperkuat kesadaran nasionalisme pada generasi muda (pelajar). Membangun jiwa bangsa dengan memperkuat pemahaman Pancasila, mengatasi kesenjangan sosial, para pemimpin baik pengambil kebijakan memberikan keteladanan, lantaran Semakin maraknya sikap dan perilaku destruktif lebih mengedepankan hal-hal negatif di ruang Kurangnya apresiasi dan insentif terhadap praktik-praktik baik/ teladan di masyarakat. " pungkas Fendi (edy)
Sumber: